GenPI.co - Hubungan Rusia dan Amerika Serikat kian panas terkait data tentang kekuatan nuklir kedua negara.
Kabarnya, Amerika Serikat sudah tidak akan lagi membagikan data kepada Rusia tentang kekuatan nuklir strategisnya.
Hal tersebut diungkapkan oleh John Kirby selaku juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat.
Amerika Serikat mengambil langkah tersebut karena Rusia pada Februari 2023 lalu mengumumkan untuk menangguhkan partisipasinya dalam New START.
Sekadar informasi, New START sendiri merupakan perjanjian tentang pelaporan dan pengurangan senjata nuklir antara Amerika Serikat dan Federasi Rusia.
"Ini dilakukan sebagai tanggapan atas penolakan Rusia untuk memberikan data (nuklirnya) terlebih dahulu," ucap John Kirby dikutip dari Al Jazeera, Rabu (29/3).
Kirby menjelaskan, Amerika Serikat siap untuk memberikan datanya lagi asalkan Rusia mematuhi janji New START.
"Kami dengan senang hati akan memberikan data kami jika Rusia mau mematuhi perjanjian itu, tetapi kami tidak melihat alasan untuk memberi insentif kepada Rusia untuk tidak mematuhi perjanjian itu dengan membagikan data yang mereka inginkan," ujarnya.
Di bawah pakta kendali senjata nuklir terakhir antara Amerika Serikat dan Rusia, kedua negara diwajibkan untuk bertukar data komprehensif setiap enam bulan, termasuk tentang jumlah dan karakteristik sistem senjata yang mereka miliki.
Perjanjian START, yang mulai berlaku pada 2011, membatasi masing-masing pihak untuk tidak memiliki lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir yang dikerahkan, dan hal itu memerlukan serangkaian langkah verifikasi seperti pemeriksaan langsung di tempat.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News