GenPI.co - Anggota legislatif pro demokrasi di Hong Kong ramai-ramai mengundurkan diri. Hal itu sebagai reaksi atas kekecawaan terhadap didiskualifikasikannya 4 rekan mereka di lembaga parlemen
Sebanya 15 anggota oposisi yang tersisa dari 70 kursi Dewan Legislatif mundur dari kursi jabatannya. Padahal, mereka adalah suara terakhir pro-demokrasi yang ada di parlemen.
BACA JUGA: China Tebar Kengerian Lewat Rudal Baru Misterius
Empat anggota legislatif pro demokrasi itu sendiri diusir dari parlemen lantaran dianggap membahayakan keamanan nasional.
Reuters, Kamis (12/11), menyebut pengunduran massal tersebut dilakukan karena mereka melihat masih ada upaya dari Beijing untuk menekan demokrasi di Hong Kong.
“Saya kira ini protes terakhir di Legco,” kata anggota pro-demokrasi Lam Cheuk-ting seperti dikutip GenPI.co dari Reuters.
Politisi oposisi sempat membentangkan spanduk berisi protes dari lantai dua gedung, dengan pesan “Carrie Lam merusak Hong Kong dan melukai rakyatnya. Dia akan bau selama 10.000 tahun.”
Sementara itu, masyarakat pendukung demokrasi terus mengajukan tuntutan mereka di jalan selama berbulan-bulan. Tidak jarang aksi protes disertai dengan kekerasan.
Namun pengunduran massal itu menimbulkan polemik di kalangan oposisi itu sendiri. Salah satu demonstran menyebut aksi itu justru membuat anggota pro demokrasi kehilangan suara di parlemen.
BACA JUGA: Jika Biden Menang Pemilu, Bagaimana Perang Dagang dengan China?
“Setelah mereka mengundurkan diri, kami bahkan tidak memiliki siapapun di pihak kami yang memiliki hak suara di Legco,” kata demonstran bernama Jasmine Yuen itu.
Nasib oposisi politik Hong Kong memang sudah melemah terlebih setelah adanya pandemi. Para kritikus di sana menilai alasan tersebut (pandemi) sebagai upaya untuk mematikan momentum kubu pro-demokrasi.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News