Reza Karimi, Ilmuwan Pintar yang Ditakuti Iran, Gegerkan Dunia!

19 April 2021 15:28

GenPI.co - Iran mengatakan telah mengidentifikasi tersangka sehubungan dengan ledakan baru-baru ini dan pemadaman listrik di pembangkit nuklir utama Natanz.

Sosok pelaku itu merupakan pria berusia 43 tahun bernama Reza Karimi telah melarikan diri dari Iran sebelum terjadi adanya penyerangan ke fasilitas nuklir di Natanz.  

BACA JUGA: Geger! Kawanan Burung Putih Tawaf Kelilingi Kabah

"Langkah-langkah yang diperlukan sedang dilakukan untuk penangkapan dan pemulangannya ke negara melalui jalur hukum," demikian pernyataan laporan itu, seperti dilansir dari Aljazeera, Senin (19/4/2021).

Namun, Israel belum secara resmi menerima tanggung jawab atas serangan itu tetapi tidak memberlakukan pembatasan sensor pada liputan luasnya oleh media lokal, beberapa di antaranya secara eksplisit mengatakan agen mata-mata Israel, Mossad, bertanggung jawab.

Serangan di fasilitas nuklir utama Iran menyebabkan pemadaman listrik besar-besaran dan merusak sentrifugal dalam jumlah yang tidak diketahui.

Laporan itu menambahkan bahwa 'sejumlah besar' sentrifugal yang aktivitas pengayaannya terganggu oleh ledakan telah dikembalikan ke layanan normal.

Sementara itu, pejabat dari pihak yang tersisa dalam kesepakatan nuklir 2015 yakni Iran, China, Rusia, Jerman, Prancis, dan Inggris, bersama dengan Uni Eropa menyimpulkan pertemuan formal di Wina dengan harapan, dengan berbagai pihak mengatakan ada kemajuan.

Perwakilan dari Amerika Serikat, yang secara sepihak meninggalkan perjanjian pada tahun 2018 dan menjatuhkan sanksi terhadap Iran, kembali berada di hotel yang berbeda dengan orang Eropa bolak-balik antara mereka dan perwakilan lainnya.

Perjanjian tersebut mencegah Iran menimbun cukup banyak uranium yang diperkaya untuk dapat membuat senjata nuklir jika memilih sebagai imbalan pencabutan sanksi ekonomi.

Sebelumnya, Kepala nuklir Iran Ali Akbar Salehi mengungkapkan negara itu mulai memproduksi 60 persen uranium nuklir Iran. Mereka ingin menggunakannya untuk menghasilkan molibdenum untuk akhirnya memproduksi radiofarmasi.

Iran sebelumnya telah meningkatkan pengayaan uraniumnya menjadi 20 persen setelah pembunuhan ilmuwan nuklir dan militer terkemuka, Mohsen Fakhrizadeh, pada November 2020 lalu.

Kesepakatan nuklir membatasi pengayaan negara pada 3,67 persen. Pengayaan 90 persen diperlukan untuk penggunaan tingkat senjata.

BACA JUGA: Geger! Foto Bayi Jutek Saat Lahiran Bikin Netizen Melongo

Iran menegaskan program nuklirnya untuk tujuan damai, meskipun negara-negara Barat dan pengawas nuklir PBB mengatakan Teheran memiliki program nuklir militer yang terorganisir hingga akhir tahun 2003.

Laporan tahunan intelijen AS yang dirilis pada hari Selasa mempertahankan penilaian lama AS bahwa Iran saat ini tidak mencoba untuk membangun bom nuklir.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co