Din Syamsuddin Bongkar Kekuatan Pojokkan Tokoh Islam, Ini Dia

08 Mei 2021 12:20

GenPI.co - Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun blak-blakan merespons pernyataan Guru Besar Pemikiran Politik Islam FISIP UIN Jakarta Prof. Dr. Din Syamsuddin yang buka suara terkait tuduhan radikal terhadap sejumlah tokoh Islam.

Hal tersebut diungkapkan Refly Harun melalui Channel Youtube miliknya.

BACA JUGA: Mendadak Denny Siregar Bongkar KPK: Bambang Widjojanto Gemetar...

Refly Harun mengaku setuju dengan banyak pernyataan Din Syamsuddin tersebut. 

Sebelumnya, Din Syamsuddin membeberkan, bahwa tuduhan itu tidak tepat dan mengada-ada saja.

"Tuduhan-tuduhan itu tidak tepat dan mengada-ada. Seandainya umat Islam radikal atau penganut radikalisme (khususnya politik), maka tidak akan ada negara Pancasila. Justru karena kenegarawanan dan toleransi tinggi para tokoh Islam maka negara Pancasila ada," tegasnya, Rabu (5/5).

Bahkan, Din Syamsuddin mengungkap bahwa kekuatan oligarki telah mengendalikan buzzer melakukan pembunuhan karakter tokoh umat Islam karena berbagai faktor.

BACA JUGA: Mendadak Habib Rizieq Bongkar Fakta di Penjara: Panas Sekali

Melihat hal itu, Refly Harun juga mengungkap, pada masa Presiden Jokowi seperti ada kekuatan oligarki yang mau memojokkan Islam.

"Saya banyak setuju dengan apa yang disampaikan oleh Din Syamsuddin ini. Jadi pada masa pemerintahan Presiden Jokowi ini, seperti ada sebuah kekuatan oligarkis yang secara sistematis selalu ingin memojokkan figur Islam," jelasnya.

Sementara, motifnya sendiri bermacam-macam dan kekhawatiran kelompok tersebut adalah takut jika Islam berkuasa.'

"Motifnya macam-macam, saya menduga ya kalau dikaitkan dengan politik, tentu kelompok-kelompok ini khawatir bahwa akan ada kebangkitan Islam," ungkap Refly Harun.

"Jadi kekhawatiran mereka, karena selalu menganggap kalau Islam berkuasa, maka itu akan tidak favourable (baik) bagi kelompok minoritas, padahal justru tak terbukti," lanjutnya.

Menurut Refly Harun, padahal Islam sendiri tak pernah melakukan penindasan.

"Jadi kalau kita bicara toleransi sekarang ini, toleransi sudah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW sejak lama, jadi bukan hal yang baru. Cuma kita tahu bahwa dalam politik kontemporer kadang-kadang ya tidak sesederhana itu, kadang banyak kepentingan politik dan ekonomi," jelasnya.

Sebab, menurut Refly Harun, menyatakan ekonomi dan politik bisa membuat seseorang menghalalkan segala cara.

"Ekonomi dan politik itu menjadikan orang kadang-kadang menghalalkan segala cara, untuk tetap berkuasa baik secara politik maupun ekonomi dan tidak ingin ada kelompok lain yang bisa berkuasa," bebernya.

Padahal, dalam negara demokratis itu kekuasaan bergilir asal ada kompetisi adil.

"Padahal kalau dalam negara demokratis, ya kekuasaan itu bergilir saja. Asal ada fair competition," ungkapnya.

Refly Harun pun merasakan, bahwa politik, ekonomi, dan hukum tidak sehat karena memang ada buzzer yang dipelihara untuk menyerang Islam.

"Nah gejala hari ini, saya merasa begitu. Jadi memang ada kelompok buzzer yang dipelihara oleh oligarki politik untuk terus menerus secara sistematis menyerang orang-orang yang menyuarakan kebenaran, termasuk juga mereka tokoh Islam," pungkasnya.(*)
 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co