Analisis Pakar Hukum Beber Pernyataan Ali Ngabalin, Bikin Jokowi

10 Mei 2021 03:45

GenPI.co - Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun blak-blakan merespons pernyataan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin, yang menyebutkan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah bapak semua agama.

Hal tersebut diungkapkan Refly Harun dalam video yang diunggah dalam kanal YouTube miliknya.

BACA JUGA: Suara Lantang Pendiri OPM Beber Veronica Koman: Provokator Papua

Dalam keterangannya, Refly Harun menyoroti pernyataan Ali Ngabalin yang mempertanyakan kesalahan Jokowi yang mempromosikan makanan khas dari Kalimantan Barat.

Refly Harun pun membeberkan, bahwa di mata hukum memang pernyataan Jokowi soal Bipang Ambawang bukan merupakan pelanggaran.

Namun, Refly Harun menilai bahwa pernyataan Jokowi sebagai seorang Presiden RI tidak hanya diatur oleh hukum, melainkan juga oleh kepantasan dan etika.

"Oleh etika, oleh konteks, tidak hanya oleh teks, tapi juga konteks ketika pernyataan itu dikeluarkan," jelas Refly Harun seperti dikutip GenPI.co, Minggu (9/5).

BACA JUGA: Taktik Kuno Pasukan Setan TNI Bikin KKB Teroris Papua Kocar-kacir

Akademisi inipun menyatakan, hanya ada dua kemungkinan dari pernyataan Jokowi sial Bipang Ambawang itu.

Kemungkinan pertama, menurut Refly Harun, Jokowi sangat paham bahwa yang dimaksud bipang itu adalah babi panggang.

"Seperti dikatakan Ngabalin, tidak ada salahnya (soal babi panggang). Presiden Jokowi paham benar bahwa yang namanya bipang Ambawang itu adalah babi panggang. Sehingga, ketika dia mengatakan itu ya tidak ada yang salah. Karena dia adalah presiden bagi seluruh rakyat Indonesia tak terkecuali yang makan babi," jelasnya.

Refly Harun juga membeber, bahwa kemungkinan kedua adalah Presiden Jokowi sama sekali tidak sadar bahwa bipang Ambawang adalah babi panggang.

"Ia menganggap bipang itu barangkali dalam pikiran Fadjroel Rachman, yaitu jipang atau bipang, makanan kriuk-kriuk yang warnanya putih atau merah, yang sebenarnya bukan khas Kalimantan," ungkap Refly Harun.

Meski dua kemungkinan ini bisa diterima oleh masyarakat, Refly Harun mengatakan, tetapi tetap ada kesalahan secara etika, yakni dari sisi memilih konten komunikasi kepada publik.

Refly Harun menuturkan, jika Jokowi tahu bahwa bipang Ambawang itu adalah babi panggang, maka Jokowi itu seolah tidak peka terhadap konteks saat dirinya berbicara.

"Sungguh Presiden Jokowi tidak peka terhadap konteks pada saat dia membuat pernyataan tersebut. Jangankan mengaitkannya dengan lebaran Idulfitri, tidak mengaitkannya pun ketika Kepala Negara mempromosikan babi panggang di tengah sebuah suasana yang tidak konteksnya di daerah tersebut, maka hal itu tentu sangat bermasalah," beber Refly Harun.

Menurut Refly Harun, jika presiden tidak sadar bahwa bipang Ambawang itu adalah babi panggang, maka kesalahan ada pada tim komunikasi.

"Yang salah adalah yang menyiapkan teks, yang menyiapkan pidato tersebut," jelas Refly Harun.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co