GenPI.co - Referendum Terbatas Konstitusi 1945 di Nusa Tenggara Timur (NTT) terkait presiden tiga periode diprediksi akan berdampak panjang. Acara yang digelar 1 Juni 2021 sangat mungkin bisa bikin sedih.
Akademisi politik Kris Nugroho angkat bicara soal ini Dia mengatakan bahwa memperjuangkan referendum tidaklah mudah.
Pasalnya, penyelenggaraan dan upaya pengesahan referendum tidak akan terlepas dari perdebatan panjang.
“Tidak mudah secara konstitusi untuk mengadakan referendum. Harus ada tahapan-tahapan hingga sampai ke MPR. Perdebatan tentu akan terjadi di antara fraksi-fraksi di parlemen,” katanya kepada GenPI.co.
Selain itu, Kris menilai bahwa referendum itu juga berisiko besar akan memecah belah masyarakat.
“Dengan kata lain, referendum ini akan menghabiskan energi politik bangsa Indonesia,” ujarnya.
Pengajar di Universitas Airlangga itu memaparkan bahwa energi politik itu seharusnya disalurkan untuk mengurusi masalah lain yang lebih penting.
Masih ada pembangunan, kesejahteraan, dan penanganan pandemi covid-19, yang bisa jadi prioritas.
“Energi untuk menyelesaikan masalah yang lebih penting itu akan terpecah, sehingga membuat dinamika ekonomi Indonesia akan makin terpuruk,” paparnya.
Referendum tersebut juga disebut akan menghambat kinerja pemerintah dalam membawa Indonesia keluar dari krisis yang tengah dihadapi saat ini.
“Pemerintah jadi tak punya konsentrasi untuk melakukan perubahan-perubahan yang dibutuhkan untuk keluar dari krisis, mulai dari pandemi, ekonomi, dan lain sebagainya,” ungkapnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News