GenPI.co - Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti membandingkan parlemen Indonesia dengan parlemen Prancis.
Sekum Muhammadiyah itu sedang menyoroti ketimpangan suara minoritas dan mayoritas di Indonesia.
"Saya kira bisa dilihat contohnya di Prancis, tidak semua (anggota) dipilih, ada yang diangkat," kata Abdul Mu'ti dalam keterangannya, Kamis (29/7).
Meskipun demikian, Abdul Mu'ti menyebut di sana tetap menyebutnya sebagai demokrasi.
Hal tersebut bisa menjadi contoh jika ada wacana perubahan komposisi di dalam MPR.
"Nah, mekanismenya nanti tentu diatur dalam perundangan," katanya.
Abdul menganggap selama ini sistem pemerintahan Indonesia belum mengakomodasi terwakilnya suara minoritas.
Kiai Muhammadiyah ini mencontohkan anggota MPR, DPR, dan DPD masih dipilih berdasarkan suara terbanyak.
Itu artinya, minoritas masih belum tentu bisa masuk di dalamnya karena acuannya selalu jumlah suara.
"Tak terjaminnya suara minoritas bisa menjadi sandungan dalam menciptakan demokrasi yang sehat," katanya.
Dalam konteks politik, Abdul menilai perlu adanya peninjauan ulang sehingga bisa memastikan kelompok di Indonesia berapa pun jumlahnya, tetapi tetap ada representasinya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News