GenPI.co - Pengecatan pesawat kepresidenan oleh Pemerintah Joko Widodo (Jokowi) belakangan ini menjadi isu hangat yang diperbincangkan publik di media sosial.
Sebab, pengecatan yang menghabiskan anggaran hingga Rp 2 miliar tersebut dilakukan di tengah situasi sulit Indonesia akibat menghadapi pandemi covid-19.
Pemerintah melalui Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono pun memberikan penjelasan terkait dilakukannya pengecatan pesawat kepresidenan.
Dalam keterangannya, Heru mengungkapkan bahwa hal itu telah direncanakan sebelumnya sejak 2019 lalu dan juga telah dianggarkan dalam APBN.
"Dapat dijelaskan bahwa pengecatan pesawat ini telah direncanakan sejak 2019 serta diharapkan dapat memberikan kebanggaan bagi bangsa dan negara," jelas Heru dalam keterangannya, Selasa (3/8).
Selain itu, Heru juga mengatakan pengecatan pesawat tersebut sebetulnya dilakukan dalam rangka merayakan Ulang Tahun ke-75 Kemerdekaan RI pada 2020.
Namun saat itu, pesawat kepresidenan berjenis Boeing Business Jet (BBJ) 2 tipe 737-800 tersebut belum memasuki jadwal perawatan rutin, sehingga pengecatan dilakukan pada Heli Super Puma terlebih dahulu.
"Namun pada 2019, pesawat BBJ 2 belum memasuki jadwal perawatan rutin, sehingga yang dilaksanakan pengecatan terlebih dahulu untuk Heli Super Puma dan Pesawat RJ," jelasnya.
Sementara itu, kontroversi pengecatan pesawat kepresidenan ini juga direspons Politikus Partai Demokrat Rachland Nashidik.
Rachland Nashidik blak-blakan menyinggung Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang ternyata pernah menolak pembelian pesawat kepresidenan oleh Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Menurut Rachland Nashidik, bahwa saat itu Jokowi menyarankan agar pemerintah SBY fokus memperhatikan pendidikan dan kesehatan dibanding membeli pesawat kepresidenan.
"Dulu Jokowi menolak pesawat kepresidenan yang dibeli SBY. Katanya 'pendidikan dan kesehatan' lebih perlu diperhatikan," jelas Rachland Nashidik dikutip GenPI.co dari akun Twitter @RachlandNashidik, Kamis (5/8).
Namun, berbanding terbalik dulu dan sekarang, Rachland Nashidik berpendapat bahwa Jokowi kini malah menabrak pernyataannya, dengan malah menggunakan uang pemerintah untuk mengecat pesawat yang pernah ia tolak sebelumnya.
Terlebih pengecatan itu juga dilakukan Jokowi di tengah situasi Indonesia yang menghadapi krisis kesehatan.
"Kini, saat Indonesia darurat kesehatan, Jokowi memakai duit negara untuk mengubah cat pesawat yang ditolaknya," ungkap Rachland Nashidik.
Karena tindakan Jokowi yang dinilai kurang tepat waktunya itu membuat Rachland Nashidik melayangkan sindiran.
"Seolah warna cat lebih mendesak dari nyawa rakyat," pungkasnya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News