GenPI.co - Mantan Menteri Koordinator Perekonomian era Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Rizal Ramli mengatakan bahwa terdapat banyak lembaga survei yang berbayar.
Menurutnya, sejumlah lembaga survei tersebut dengan sengaja memenangkan sosok orang yang ingin diagkat namanya agar memiliki peringkat yang bagus.
Bahkan, dirinya juga menyematkan huruf RP di belakang kata polling dan survei yang diduga sebagai kata untuk menandai buzzer (pendengung).
“Banyak PollingRP dan SurveyRP, polling-polling dan survei-survei bayaran,” ujar Rizal Ramli dalam akun Twitter-nya dan GenPI.co telah diizinkan mengutip, Minggu (22/8).
Tidak hanya itu, dirinya juga mengungkapkan bahwa banyak para pelaku survei yang menyesuaikan hasil pollingnya berdasarkan keinginan orang yang membayar.
“Mereka lakukan polling abal-abal untuk menipu rakyat tapi memuaskan pembayar. Mereka sebetulnya adalah pembajak demokrasi,” tandasnya.
Seperti diketahui, sebelumnya Rizal Ramli sangat vokal dalam menyuarakan ketidaksukaannya terhadap buzzer.
Bahkan, menurut pakar ekonomi tersebut, pertumbuhan ekonomi hingga 7,07 persen juga merupakan usaha dari para buzzer (pendengung) yang mencoba melakukan pembalikan persepsi.
“Mereka selalu membandingkan dengan yang terendah (Low Base Effect), sehingga kelihatan berprestasi,” tuturnya.
Rizal Ramli lantas menyoroti kasus perbandingan utang dan Covid-19.
Menurutnya, perbandingan tersebut juga menggunakan teknik low base.
“Buat rakyat mah ekonomi masih nyungsep! Bagaimana perasaan rakyat yang keluarganya meninggal atau kena Covid-19, tidak bisa kerja, dan susah mencari makan,” katanya.
Oleh sebab itu, dirinya merasa heran dengan para pejabat yang mengatakan bahwa Indonesia sedang baik-baik saja.
Padahal, menurutnya rakyat kecil masih tergolong kesulitan dalam ekonomi.
“Kok ekonomi rakyat masih nyungsep ? Efek kenaikan harga ekspor sawit & batubara dll sama rakyat mah kecil. Konsumsi dan daya beli rakyat masih jeblok!” tandasnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News