Akademisi: Ada Dikotomi Sipil dan Militer di Indonesia

04 Oktober 2021 12:05

GenPI.co - Akademisi politik Philipus Ngorang menyebut ada dikotomi sipil-militer  terkait opsi penunjukan perwira tinggi TNI-Polri untuk menjadi penjabat (Pj.) kepala daerah pada 2022-2023.

Seperti diketahui, Kementerian Dalam Negeri membuka peluang tersebut untuk mengisi kursi kosong di 271 daerah.

Menurut Ngorang, hal tersebut bisa diambil Kemendagri sebagai upaya untuk menjaga netralitas politik menjelang Pemilu 2024.

BACA JUGA:  Direktur CYPR Sebut PKI Penting Dipelajari, Ini Penjelasannya

“Terutama dari gubernur petahana yang ingin maju lagi pada Pemilu 2024,” ujarnya kepada GenPI.co, Minggu (3/10).

Ngorang mengatakan bahwa di Indonesia memang ada dikotomi antara sipil dan militer.

BACA JUGA:  Natalius Pigai Colek Jokowi dan Ganjar, Ferdinand Panggil Polisi

Menurutnya, banyak pihak yang menilai bahwa pemimpin yang berasal dari militer cenderung tidak demokratis.

“Lalu, pemimpin yang berasal dari sipil itu dinilai lebih demokratis, padahal itu tak selalu benar,” katanya.

BACA JUGA:  Kubu AHY Disebut Sedang Panik, Lalu Tebar Fitnah

Pengajar di Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie itu memaparkan bahwa perwira TNI-Polri jauh dari kepentingan politik.

Pasalnya, TNI-Polri aktif jelas dilarang untuk berpolitik.

“Kalau ingin berpolitik, mereka harus keluar dari keanggotaannya,” paparnya.

Oleh karena itu, Ngorang menilai bahwa penunjukkan tersebut boleh dilakukan pada 2022-2023.

“Ada kerawanan dan instabilitas politik selama periode menjelang Pemilu 2024. Lagipula, yang terpilih pada 2024 juga orang sipil lagi atau militer yang sudah keluar dari keanggotaan,” ungkap Philipus Ngorang.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co