GenPI.co - Ekonom senior Faisal Basri mengatakan bahwa pemerintah Joko Widodo (Jokowi) tak seharusnya bicara perihal mobil listrik jika serius ingin melawan perubahan iklim.
Menurut Faisal, gas emisi karbon dioksida yang dihasilkan Indonesia berasal dari pertanian, kehutanan, dan penggunaan lahan (AFOLU).
“Mobil listrik itu ada di sektor energi, jadi kebijakan itu salah sasaran,” ujarnya dalam webinar Indonesia Foreign Policy Review (IFPR), Minggu (24/10).
Sektor energi yang menyumbang gas emisi karbon dioksida berasal dari dua bidang, yaitu transportasi dan pembangkit listrik.
“Buangan gas emisi yang paling besar itu paling banyak dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU),” ungkapnya.
Lebih lanjut, Faisal mengatakan bahwa tingkat pertumbuhan emisi gas karbon dioksida Indonesia masih sangat tinggi, yaitu 4,6 persen.
Faisal menyayangkan hal tersebut, karena negara lain sudah menunjukkan tren penurunan emisi gas karbon dioksida.
“Jepang, AS, Jerman, semua sudah minus pertumbuhan emisi gas karbon dioksida,” katanya.
Oleh karena itu, Faisal memaparkan bahwa diplomasi iklim Indonesia harus bisa memperhatikan realita yang ada di dalam negeri.
“Enggak bisa suka-suka begitu. Sekarang seolah-olah mobil listrik terus yang dibahas, padahal itu tak signifikan menurunkan kontribusi Indonesia terhadap buangan emisi gas karbon dioksida,” paparnya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News