Manuver NasDem Menantang, Koalisi Pendukung Jokowi Bisa Amburadul

09 November 2019 14:50

GenPI.co - Manuver Ketua Umum NasDem Surya Paloh menemui Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman telah menjadi perhatian Presiden Jokowi. 

Namun, Presiden Ketujuh RI itu terbawa perasaan alias baper dan lebai dalam mengomentari pertemuan Surya Paloh dan elite PKS.

Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menegaskan, seharusnya Jokowi pada periode kedua pemerintahannya cukup memastikan partai-partai pendukungnya tertib dalam berkoalisi dan disiplin mendukung kebijakan pemerintah. 

BACA JUGA: Sahabat Bung Karno, Paman Ho Bersandal Bikin Penasaran Megawati

"Mengapa sampai soal merangkul oposisi, berpelukannya Pak Surya dengan pimpinan partai oposisi menjadi problem dan menjadi perhatian presiden? Ini sama saja menghabiskan energi politik," jelas Pangi kepada jpnn.com, Sabtu (9/11).

Pangi menyebut keberadaan Partai Nasdem dalam koalisi gemuk pendukung pemerintahan Presiden Jokowi tak akan bertahan lama. 

BACA JUGA: Bandul Politik 2024, Peluang Anies Baswedan Dihambat Langkah PSI

Analisis itu didasari pengamatan Pangi pada pidato Surya Paloh saat membuka Kongres II NasDem di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (8/11).

Lebih lanjut Pangi mengatakan, memang tidak mudah bagi parpol yang berada dalam gerbong koalisi pendukung pemerintah untuk mengelola emosi publik maupun berakrobat dengan sentimen masyarakat. 

BACA JUGA: Surya Paloh Menyindir: Partai Sok Pancasilais Tak Mau Bersalaman

Oleh karena itu tak mengherankan bila akhirnya ada partai koalisi pendukung pemerintah yang bertindak layaknya oposisi.

Pangi menjelaskan bahwa tidak mengherankan dan tidak mengagetkan bahwa di periode kedua pemerintahan Jokowi akan cepat terjadi korsleting yang berasap di partai koalisi sendiri. 

BACA JUGA: Barbie Kumalasari VC dengan Pacar Irma Darmawangsa Pakai Lingerie

“Bermanuver, salah posisi yang mestinya mendukung penuh kebijakan pemerintah malah salah peran sebagai oposisi," ungkap Pangi.

Pengamat asal Sumatera Barat itu menegaskan, semestinya pihak yang kalah dalam pemilihan presiden (pilpres) tahu diri untuk tak ikut menikmati kekuasaan. Adapun yang menang pemilu, katanya, bisa menjalankan kekuasaan.

BACA JUGA: Kondisi Terkini Shakira, Aktris Denada: Setiap Hari Kami Berdoa

"Ini yang tidak lagi dijaga. Kue kekuasaan juga diambil oleh yang kalah dalam pemilu, sementara yang jelas-jelas berjuang dalam pilpres seperti dicueki dan dianggap enggak penting. Jadi betapa pentingnya tahu diri dan tahu peran yang harus dimainkan," tandas Pangi.(*)
 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co