Kisah Perajin Kok Asal Serengan Solo, Sukses Kembangkan Kluster UMKM hingga Buka Lapangan Pekerjaan

Kisah Perajin Kok Asal Serengan Solo, Sukses Kembangkan Kluster UMKM hingga Buka Lapangan Pekerjaan - GenPI.co
Perajin kok asal Serengan Solo Jawa Tengah sukses mengembangkan usaha hingga menjadi kluster UMKM dan membuka lapangan kerja bagi warga. (Foto: Farida Trisnaningtyas/GenPI.co)

GenPI.co - Kecamatan Serengan, Kota Solo, Jawa Tengah, dikenal sebagai sentra kerajinan kok (shuttlecock). Industri kerajinan kok ini konon sudah turun-temurun sejak puluhan tahun lalu. Kok bikinan perajin asal Kota Bengawan ini dipasarkan ke berbagai kota di Indonesia.

Salah satu perajin sekaligus pengusaha kok badminton asal Kampung Makam Bergolo, Kecamatan Serengan, Solo, Jawa Tengah, adalah Sarno. Dia mewarisi usaha kok dari orang tuanya sejak tahun 1988 silam.

Tak cuma sukses mengembangkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) miliknya dengan merek T3, Sarno juga membantu masyarakat sekitar dengan membuka lapangan pekerjaan. Sejumlah warga di kampungnya bekerja dengannya membuat kok.

BACA JUGA:  BRImo Bikin Nasabah di Solo Makin Mudah Kelola Keuangan, Bisa Transaksi hingga Investasi

“Awalnya dulu banyak karyawannya 60 lebih, sekarang ada 20-an. Mereka mengerjakan (kok)  ada yang dibawa ke rumah ada yang di sini,” tutur Sarno, saat diwawancara GenPI.co di rumahnya di Solo, Rabu (6/11).

Puluhan pekerja ini membuat kok tak hanya di rumah Sarno, tapi mereka ada yang memilih menggarap kok di rumah masing-masing. Pekerja Sarno tak hanya bapak-bapak, namun ada yang ibu-ibu. Para ibu ini kebagian menjahit kok dan finishing.

BACA JUGA:  Jadi Agen BRILink, BUMDes Tumang Sukses Bantu UMKM Kerajinan Tembaga hingga Jadi Pemenang Desa BRILian

Bapak dua anak ini membeberkan membuat kok membutuhkan banyak orang. Satu buah kok itu dibuat dalam 8 tahapan dan dikerjakan sekitar 8 orang. Prosesnya mulai dari memilih bulu ayam sebagai bahan utama, membersihkan, mengelem hingga finishing

Dalam sepekan, dia bisa memproduksi 400-600 lusin kok. Total dia mampu membikin sekitar 2.000-an lusin kok dalam sebulan. Harga jualnya mulai dari Rp 50.000/lusin tergantung kualitasnya. Dia memiliki setidaknya 8 nama jenis kok di bawah brand T3. Jenis kok termahal adalah T3 Power yang dijual di atas Rp 100.000/lusin, sementara yang termurah T3 Merah.

BACA JUGA:  Cerita UMKM di Solo Terbantu KUR BRI, Bunga Murah dan Syarat Gampang

Produk koknya ini dibedakan dari jenis bulu ayam yang dipakai. Menurut dia, kok yang termahal dibuat dari bulu ayam kampung jantan. Harga 1 biji bulu ayam ini bisa Rp 300.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya