Mencari Jejak Putri Mandalika

01 Agustus 2019 11:44

GenPI.co -- Melihat keindahan dan kekayaan alam di suatu destinasi memang menjadi suatu pengalaman dan kesan yang berharga seperti perjalanan saya kali ini yang tergoda dengan jejak Putri Mandalika di Lombok.

Berawal dari ketertarikan saya untuk mengeksplor destinasi yang ada di sana. Lalu saya melihat dan menikmati festival rakyat yang bernama Bau Nyale.

Bau Nyale merupakan perayaan yang dilakukan masyarakat di Lombok dan Provinsi NTB. Bau berarti mencari, dan Nyale berarti sejenis cacing laut.

Perayaan Bau Nyale ini dilatarbelakangi oleh kisah dari Putri Mandalika yang hingga kini menjadi panutan bagi masyarakat di Lombok dan NTB. 

Konon, Nyale yang muncul setiap tahun di bulan Februari atau Maret di kawasan Pantai Mandalika, merupakaan penjelmaan dari Putri Mandalika.

Putri Mandalika sendiri merupakan seorang putri yang cantik dan bijaksana. Tak heran banyak sekali pangeran yang berniat untuk mempersuntingnya. Namun lama-kelamaan upaya para pengeran untuk mencuri hati Sang Putri menjadi persaingan yang tidak sehat.

Baca juga:

Kampung Kuliner, Tempat Berburu Kuliner Khas Lombok di Festival Pesona Bau Nyale

Wah, Makan Cacing Laut 'Nyale' Bisa Jadi Obat Diabetes

Prihatin dengan kondisi yang menimpa negerinya, Putri Mandalika pun menyerahkan dirinya untuk semua rakyatnya dan menjatuhkan diri ke laut. Sesaat setelah kejadian tersebut, muncullah cacing nyale dalam jumlah yang tak terhitung di sekitar Pantai Mandalika. 

Masyarakat pun mempercayainya sebagai penjelmaan Putri Mandalika dan membuat perayaan Bau Nyale setiap tahun, tepat saat kemunculan nyale-nyale tersebut dari laut.

Pada perayaan Bau Nyale yang jatuh setiap bulan Februari atau Maret, warga berbondong-bondong mencari Nyale di Pantai Mandalika. Dan percaya atau tidak, nyale-nyale tersebut hanya muncul di peryaan tersebut.

Saat baru mengetahui ceritanya saja, Bau Nyale terlihat sebagai sekedar perayaan dan kepercayaan masyarakat setempat. Namun setelah melihat langsung, ternyata maknanya lebih luas dari itu. Dalam event ini saya melihat betapa masyarakat setempat mengagumi sosok Putri Mandalika. 

Masyarakat ini dari semua golongan, bahkan hingga dari luar Lombok, ikut meramaikan rangkaian acara untuk mengingat sosok sang putri.

Beberapa hari sebelum hari perayaan Bau Nyale, masyarakat setempat sudah mengikuti berbagai rangkaian acara. Salah satunya adalah parade budaya yang diikuti oleh berbagai lapisan masyarakat di Pulau Lombok dan beberapa daerah lainya di provinsi Nusa Tenggara Barat.

Dalam acara tersebut, saya melihat sebagian besar masyarakat mengusung tema Putri Mandalika dengan segala keanggunan dan keteladanannya yang menjadi panutan bagi rakyatnya. Beberapa anak perempuan terlihat bangga mengenakan kostum Putri Mandalika, dan berharap spirit sang putri bisa benar-benar menular ke dalam dirinya.

Spirit Putri Mandalika juga masih terus menjadi teladan bagi masyarakat, khususnya kaum perempuan. Hal tersebut salah satunya ditunjukkan lewat ajang pemilihan Putri Mandalika, yang menjadi kontes kecantikan tingkat Provinsi yang digelar oleh pemerintah setempat.

Penilaian yang diambil tentunya bukan hanya dari kecantikan secara fisik, tetapi juga secara intelektual dan sosial. Penghargaan masyarakat Lombok kepada putri Mandalika juga sangat terlihat dalam acara puncak Bau Nyale.

Bagaimana tidak, ribuan masyarakat rela berbondong-bondong datang dan melawan dinginnya udara pantai Kuta, Mandalika, untuk ikut dalam ritual mencari Nyale di pinggir pantai.

Baca juga:

Putri Mandalika dan Cacing Nyale

Romantisme Bau Nyale Sambut Sang Putri Mandalika

Acara tahunan ini rupanya bukan hanya sekedar ritual masyarakat lokal saja, tetapi bermakna lebih dari itu. Acara ini bermakna sebagai ajang silaturahmi, karena disaat itu ada banyak sekali warga Lombok yang berkumpul di satu tempat.

Menurut pengakuan beberapa orang yang hadir, ritual pencarian Nyale tahun ini mungkin memang tidak seramai tahun-tahun sebelumnya.

Pasalnya, sebagian warga Lombok baru saja terkenal musibah gempa pada bulan Juli 2018. Salah satu yang membuat salut, ada satu keluarga yang tetap datang ke Pantai Mandalika untuk ikut dalam ritual tersebut. Padahal, mendengar desiran ombak saja mereka masih trauma. Namun hal tersebut sepertinya tidak terlalu mereka hiraukan. 

Sang kakek, yang bernama Sadri mengatakan, dirinya secara rutin selalu mengajak keluarganya untuk datang ke acara Bau Nyale.

Kakek Sadri ingin cucu-cucunya kelak mengerti tentang legenda Bau Nyale dan Putri Mandalika, dan melestarikan legenda tersebut kepada keturunannya kelak. Kakek Sadri juga mengatakan, hal itulah yang dikatakan ayah dan kakeknya sejak dirinya masih kecil.

Seluruh masyarakat Lombok dan sekitarnya, tua dan muda, laki-laki dan perempuan, seluruhnya berkumpul di pantai pada dini hari. Meskipun tak saling kenal dan berasal dari berbagai kalangan, ternyata mereka satu tujuan, yakni untuk mencari cacing atau nyale, yang dipercaya merupakan penjelmaan dari Putri Mandalika.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Maulin Nastria Reporter: Yasserina Rawie

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co