Yuk, Nikmati Sensasi Di Balik Nisan Megah Museum Taman Prasasti

15 April 2019 05:21

GenPI.co — Berwisata dengan melihat-lihat nisan? Hmm, apakah menjadi suasana dengan keunikan tersendiri, atau menjadi kelam? Ya, Sebuah taman dengan luas sekitar 1,5 hektar di Kawasan Gambir, Jakarta Pusat ini lain dari taman pada umumnya. Pagar besi mengelilingi taman ini. 

Saat masuk ke dalamnya, pengunjung akan melihat beragam bentuk batu nisan. Ini bukanlah sebuah makam, melainkan adalah Museum Taman Prasasti. Nisan dan patung gaya Eropa dari peninggalan Belanda di masa penjajahan bisa kamu temukan di sini.

Meski terkesan seram, Museum Taman Prasasti selalu ramai didatangi pengunjung. Pengunjung yang datang, selalu menyempatkan untuk mengabadikan diri dengan berfoto di museum ini.

Dulu, museum ini memang sebuah makam Jahe Kober yang dibangun untuk menggantikan kuburan di samping gereja Nieuw Hollandsche Kerk (Museum Wayang) yang sudah penuh. Nisan yang ada di sini berasal dari Jahe Kober dan sebagiannya adalah pindahan dari Hollandsche Kerk.


Museum Taman Prasasti (Sumber foto: GenPI.co/ Mia Kamila)

Luas kuburan Jahe Kober sendiri awalnya mencapai 5,5 hektar. Namun sejak diresmikan pada tahun 1975 silam, luasnya kini hanya tersisa 1,5 hektar. Hal ini karena pembangunan dan perkembangan kota. Inisiatif untuk menjadikan lokasi ini sebagai museum muncul pada tahun 1977.

Ada ribuan koleksi nisan yang terbuat dari perunggu, marmer, dan batu alam. Di antara ribuan nisan di sana beberapa di antaranya ada nisan para tokoh yang terkenal pada masa Pemerintahan Belanda, yaitu A.J.W Van Delden, yang berbentuk seperti rumah. Van Delden sendiri diketahui pernah menjadi Ketua Perdagangan VOC dan juru tulis di Indonesia Timur.

Selain itu ada makam Olivia Mariamne Raffles. Dari nama belakangnya saja kita sudah bisa menebak bahwa beliau adalah istri Sir Thomas Stamford Raffles, seorang negarawan terkenal dari Inggris. Makam Olivia sendiri tampak mencolok karena terbuat dari batu andesit.

Tak hanya itu nisan tokoh pemuda terkenal Indonesia, Soe Hok Gie, juga bisa ditemukan disini. Penanda tempat peristirahatan terakhir alumnus Universitas Indonesia tersebut dihiasi dengan patung malaikat kecil. Selain itu masih ada makam Miss Riboet, yang konon merupakan salah satu artis opera terkenal di era 1930an.

Untuk masuk ke dalam museum ini, kamu tidak perlu membayar mahal. Tarif yang dikenakan kepada pengunjunga hanya Rp 5.000 saja. Sedangkan jam operasional museum dari jam 09.00 sampai 15.00 setiap Selasa hingga Minggu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Maulin Nastria Reporter: Mia Kamila

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co