GenPI.co - Pengamat intelijen dan terorisme Stanislaus Riyanta meminta Satuan Tugas (Satgas) Magado Raya untuk tidak berpuas diri usai berhasil mengatasi pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Ali ahmad alias Ali Kalora.
Sebab, dia merasa kemungkinan akan ada reaksi lanjutan atau muncul pembelaan dan simpatisan dari kelompok tertentu atas tewasnya Ali Kalora dan Jaka Ramadhan alias Ikrima.
Hal itu juga berkaca pada 2020 lalu, di mana ada dua anggota MIT tewas ditembak oleh aparat karena melakukan perampasan senjata pada anggota Polri yang berjaga di Bank.
BACA JUGA: MIT Bisa Terus Menebar Teror, Sikap Pemerintah Jadi Sorotan
Namun, saat pemakamannya mendapat simpati dari sejumlah masyarakat bahkan dielu-elukan seperti layaknya pahlawan.
"Hal yang sama juga terjadi pada saat pemakanan pemimpin MIT Santoso pada 2016," ujar dia kepada GenPI.co, Senin (20/9/2021).
BACA JUGA: MIT Terdesak Usai Ali Kalora Tewas, Pengamat Sebut Potensi Bahaya
Riyanta menambahkan, kondisi itu menunjukkan bahwa radikalisme juga mengakar kuat di masyarakat.
"Jadi, pemberantasan terorisme tidak akan mudah dilakukan," jelas dia.
BACA JUGA: Reaksi Tegas Mahfud MD Soal Tewasnya PImpinan MIT Poso Ali Kalora
Lebih lanjut, baginya, kelompok MIT mampu bertahan selama ini tentu karena ada dukungan dari simpatisan yang merupakan masyarakat.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News