
Saya berusaha mencari alasan untuk juga membalas perhatian Mila, tapi saya tak bisa mendustai hati saya sendiri, saya memang tak mencintai dia.
Dia, perempuan dari negeri seberang itu, tampaknya juga menyukai saya. Saya merasa begitu. Meskipun selama di Malang, kami menjaga hubungan sebatas pendamping kegiatan.
Tawanya, pembicaraan kami di luar hal-hal pekerjaan, saat-saat kami makan tanpa pilih tempat di kampung-kampung di sekitar Malang yang kami kunjungi.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Ratu Elizabeth II: Tinta Elizabeth
Nah, saya telah terbawa kenangan itu hanya karena mendengar kata batik. Separah itulah kenangan itu rupanya.
Saya tak sadar rapat selesai dan terkejut lagi ketika dari belakangku Pak IDR berdiri menepuk-nepuk pundakku.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan dan Hasan Aspahani: Siapa Membunuh Putri, Kunci Kamar Kos
”Dur, kamu punya paspor, nggak? Kalau punya besok ikut menyeberang, ya…” katanya.
Kejutan lagi. Saya belum pernah ke negeri seberang itu. Kenapa tiba-tiba jantungku berdebar, hanya dengan membayangkan sampai ke negeri itu saja, saya seakan membayangkan bertemu dengan dia. Aduh, parah sekali.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Mantan Ketum PPP Suharso Monoarfa: Partai Amplop
”Belum punya, Pak!” kata saya, tapi urusan ini bisa beres dalam satu hari kalau diserahkan ke Bang Jon.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News