
“Ya, sudah lain kali saja. Tapi malam ini habis deadline, ketemu saya di hotel ya… Kita ngobrol, makan malam sama saya,” kata Pak IDR.
Satu kejutan lagi. Satu kebun pohon durian berbuah lebat di musim panen dan sedang matang runtuh menimpaku!
Dari kamar teratas dan termewah, president suite hotel Nagata Plaza, kamar yang dihuni Pak IDR aku bisa berkeliling melihat kota ini dari atas.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Ratu Elizabeth II: Tinta Elizabeth
Kerlap-kerlip lampu dan pendar kota di negeri seberang itu pun tampak cemerlang. Saya datang bersama Bang Eel.
Hanya kami berdua. Pak IDR sedang menelepon ke Surabaya. Masih saja dia bertanya soal berita. Setelah menelepon dia bicara dengan kami. Langsung ke pokok persoalan.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan dan Hasan Aspahani: Siapa Membunuh Putri, Kunci Kamar Kos
“Kalian berdua punya calon nggak siapa yang bisa menggantikan kalian di Metro Kriminal? Saya mau kalian berdua siapkan koran kita yang baru Dinamika Kota,” katanya.
Saya dan Bang Eel terkejut. Meski Bang Eel tampaknya sudah menduga penunjukan itu.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Mantan Ketum PPP Suharso Monoarfa: Partai Amplop
”Eel GM, Abdur Pemred,” kata Pak IDR dengan nada bicara yang sama sekali tak mengandung keraguan, memaksa, menutup kemungkinan penolakan. Seperti perintah yang harus segera dilaksanakan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News