Catatan Dahlan Iskan soal Pengusaha Kertas: Kertas Mati

Catatan Dahlan Iskan soal Pengusaha Kertas: Kertas Mati - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Saya sering bertemu kakak beradik itu. Dulu. Terutama di kegiatan kemasyarakatan. Tentu saya tidak pernah melihat mereka di satu forum yang sama. Sebenarnya mereka sembilan bersaudara tapi hanya dua itu yang saya kenal.

Saya pernah bertemu khusus dengan Tirto. Untuk minta tolong: please, bikinlah kertas koran. Saya ingin kertas koran diproduksi di dalam negeri.

Tirto minta maaf. Surya Kertas memang memproduksi berbagai macam kertas, tapi tetap tidak mau membuat kertas koran.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Politik di Amerika Serikat: Tengah Periode

"Repot pak," ujarnya.

Repot yang dimaksud adalah urusan birokrasinya. Zaman itu kertas koran diatur pemerintah. Harganya pun dipatok. Kalau pabrik mau menaikkan harga, kenaikan itu harus disetujui asosiasi surat kabar (SPS).

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Dokter Spesialis: Berpacu Waktu

Asosiasi wartawan (PWI) ikut bersuara: menentang. Pemerintah pun takut memutuskan. Padahal harga bahan baku naik terus. Harga kertas impor juga naik terus.

Apalagi kalau impor kertas terhambat. Maka saya berharap ada pabrik kertas di dalam negeri yang memproduksi kertas koran. Setelah gagal ke Surya Kertas saya ke pabrik kertas lain: juga tidak mau. Bingung. Kepepet.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Toilet Muda

Maka saya terpaksa memutuskan Jawa Pos mendirikan pabrik kertas koran sendiri. Saya keliling Jerman, Austria, Italia, Swiss, dan Prancis. Lebih 20 pabrik kertas saya kunjungi. Yang baru maupun yang sudah berumur 100 tahun.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya