
Pertama, agar pagar di situ sinkron dengan taman sepanjang jalan utama itu. Kedua, agar pagar tidak dijadikan alat politik.
"Warna pagar itu saya buat warna kayu," ujar Sutamadji. "Dengan demikian tidak akan ada lagi yang berani mengubah menjadi warna lain," tambahnya.
Kini, warna pagar dan jembatan, memang bisa silih berganti tergantung dari partai apa kepala daerahnya. Pagar kantor gubernur itu juga sudah memuaskan semua golongan. Dibuat tiga motif: ada motif Melayu, Dayak, dan Tionghoa –tiga suku terbesar di Kalbar.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Gunung Kawi
Demikian juga pagar rumah dinas gubernur yang luas dan besar itu. Pagarnya juga sudah dibuat tiga motif. Pun warnanya sudah dibuat warna kayu alami. Siapa pun gubernurnya kelak, masak sih, mau mengubah warnanya.
Halaman rumah gubernur ini juga ditinggikan. Agar tamannya lebih menonjol. Juga agar tidak tergenang di masa air sungai Kapuas pasang-besar.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Korban Gempa Cianjur: Tunggu Ahli
"Saya tidak tinggal di rumah dinas itu," ujar Sutamadji.
Ia tinggal di rumahnya sendiri. Sutamadji memang orang asli Pontianak. SMA-nya di Santo Paulus depan es krim itu. Orang tuanya miskin. Ia harus ikut cari rezeki di pagi hari. SMA Santo Paulus masuk sore.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Bayu Skak: Arek Kesel
Setelah tahun pertama dinilai ''Pontianak Centris'' Sutamadji mulai melangkah ke daerah-daerah. Ia fokus mengurangi jumlah desa tertinggal.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News