Catatan Dahlan Iskan: Pasar Apung

Catatan Dahlan Iskan: Pasar Apung - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

GenPI.co - Saya dipaksa istri lihat pasar terapung di Banjarmasin. Saya pura-pura takut: berangkat. Sebenarnya cerita di TV dan medsos sudah cukup lengkap. Untuk apa lagi ke sana.

Maka habis Subuh kami langsung turun dari kamar hotel. Ke dermaga. Fajar belum lagi menyingsing. Doa subuh masih banyak berkumandang dari pengeras suara masjid.

Di dalam mobil teman dari Tanah Bumbu membagi masker. "Untuk apa? Harus?'' tanya saya. ''Asap tebal. Harus pakai masker,'' jawab Nisa, wartawati yang menyertai kami.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Rumah Bocor

Persiapan masker itu berdasar pengalaman rombongan wartawan dari Batu Licin ke Banjarmasin. Sehari sebelumnya. Di sekitar subuh. Mereka harus meminggirkan mobil. Bahaya. Jarak pandang tidak sampai 10 meter. Udara berasap tebal. Campur kabut.

Sampai dermaga, langit timur mulai merona. Tanda-tanda kabut tidak ada. Asap pun tiada. Langit cerah. Kami pun masuk perahu. Tidak ada tempat duduk di dalam perahu. Harus bersila di lantainya. Tidak nyaman. Saya putuskan pindah ke buritan. Atap perahu ini rendah. Tidak bisa berjalan sambil berdiri. Maka saya menuju ke buritan dengan batingkaung. 

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Perangkat Desa

Itu tidak mungkin dilakukan oleh istri. Lututnyi bermasalah. Maka saya teriaki dia: jangan masuk perahu. Lewat atap saja. Langsung menuju buritan.

Dia sudah biasa lari di atap perahu. Perahu adalah kendaraan utama dari rumah orang tuanyi di Loa Kulu ke sekolahnyi di Samarinda. Ternyata dia pilih duduk di atas atap perahu. Bisa lihat ke segala arah. Ditemani Nisa yang hamil muda.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Donald Trump: Tegur Jesus

Saya tidak bahagia di perjalanan sungai Martapura ini. Naik perahu sudah biasa. Menyusuri sungai bukan barang baru. Saya justru seperti melihat masa nan silam: 40 tahun yang lalu. Kanan-kiri sungai Martapura seperti sengaja mengabadikan masa silam. Di sungai ini dekade seperti berhenti menjemput dekade-dekade di depannya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya