
Waktu saya masih menjadi sesuatu dulu pernah punya tamu yang menawarkan reaktor nuklir.
Sang tamu dari Prancis. Saat itu bencana nuklir Fukushima masih hangat dibicarakan. "Reaktor kami terlindungi bangunan yang kuatnya luar biasa. Tidak runtuh kena rudal," katanya.
Di Korea saya juga masuk ke dalam bangunan reaktor nuklir, tepat sebelum peralatan dimasukkan. Luar biasa tebal betonnya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Istana Garuda
Istana-istana sudah harus dilengkapi ruang kerja presiden seperti itu --kecuali Istana Garuda yang sedang dibangun di IKN. Pun ruang sidang kabinetnya: harus anti rudal.
Apa boleh buat. Tempat rahasia di negara setingkat Iran pun bisa dengan mudah dirudal dari luar negeri. Kalau benar senjata itu diluncurkan dari Israel maka jaraknya hitung sendiri: hampir 2.000 km. Melewati udara Iraq paling barat sampai paling timur.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Kuping Trump
Rasanya tidak mungkin senjata itu diluncurkan dari salah satu fasilitas militer Amerika Serikat di Iraq. Terlalu berisiko. Yang paling logis memang langsung diluncurkan dari Israel. Betapa canggih teknologi drone yang digunakan Israel.
Dengan tewasnya Haniyeh di Tehran, kini keamanan pemimpin Hisbullah di Lebanon menjadi sangat rawan: Hassan Nasrallah. Apalagi beberapa hari lalu salah satu tangan kanan Nasrallah juga dibunuh Israel dengan cara yang sama. Jenderal Ismail Qaani tewas di bangunan yang juga rahasia.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Meritokrasi Hati
Soal tewasnya Haniyeh mungkin dinas rahasia Iran memang ceroboh. Atau terlalu pede. Haniyeh bermalam di bangunan yang sama lebih dari satu malam. Harusnya tiap malam dipindah. Kalau perlu tiap lima jam.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News