
Sebenarnya tidak perlu ada teori seperti itu: ''menggandeng Megawati'' untuk ''menjauhi Jokowi''.
Prabowo pasti sudah berhitung: tidak ada untungnya meninggalkan Jokowi. Ruginya lebih besar daripada keuntungan menggandeng Megawati.
Pertemuan dengan Megawati harus ditafsirkan bahwa ''mengurangi musuh akan lebih baik'' –apalagi kalau itu tanpa mengurangi ''sejawat''.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Agomo Budoyo
Masyarakat juga perlu diberi gambaran bahwa Presiden Prabowo tidak bermusuhan dengan siapa pun.
Terlalu banyak kesulitan negara yang akan bertambah sulit dengan permusuhan antarelite. Ditambah kita pun baru saja terkena prank terbesar abad ini: maju-mundurnya Presiden Donald Trump dengan langkah tarif bea masuknya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Bulan Ranjang
Sampai-sampai Presiden Prabowo sempat menegaskan: akhiri era kuota-kuota dalam impor. Jangan ada lagi kuota. Bebaskan impor.
Maksudnya: agar Amerika senang. Agar perlakuan tarif untuk barang Indonesia yang masuk ke Amerika jangan dikenakan tarif 32 persen.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Tunggu 20 Persen
Juga soal TKDN –Tingkat Komponen Dalam Negeri. Untuk apa TKDN. "Bikinlah yang fleksibel," ujar Presiden Prabowo.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News