
Justru seharusnya humor menjadi pelampiasan atau sarana relaksasi dari situasi darurat seperti sekarang ini.
Tidak hanya bagi komedian, para pejabat pun perlu tahu etika berhumor dan siap bertanggung jawab saat berhumor di ruang publik. Seno mengaku tidak anti dengan para pejabat negara yang berhumor.
Hanya saja, kualitas humor pejabat kita saat ini mayoritas belum bisa menyamai atau melebihi mantan Presiden RI, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), sehingga alih-alih menghibur malah menjadi blunder.
Pendapat Seno ini dikonfirmasi oleh pembicara lain di webinar Ihik3, Yasser Fikry. Sore itu, Yasser membagikan pengalamannya di luar kegiatannya sehari-hari sebagai dosen di suatu perguruan tinggi, yakni sebagai seniman komedi.
BACA JUGA : Punya Selera Humor Tinggi, 5 Zodiak Ini Bikin Ngakak Pasangannya
Sebagai eks penyiar radio humor pertama di Indonesia, Suara Kejayaan, Yasser patuh pada etika berhumor. Di ruang dengar publik, misalnya, ia tidak diperkenankan untuk membercandakan bencana, dark jokes, serta humor bertema SARA, ideologi tertentu, dan aparat pemerintah.
“Etika humor sangat diperlukan jika materi yang ingin disampaikan bakal menjadi konsumsi publik. Untuk itu, wajib hukumnya untuk mengenali dan memahami siapa lawan bicara Anda, agar Anda dapat mengukur seberapa jauh dia dapat menerima humor Anda,” jelas pengurus Persatuan Seniman Komedi Indonesia (PASKI) sekaligus Chief Creative Officer (CCO) Ihik3 itu.
BACA JUGA : Punya Rasa Humor Sama, Kalian Pasti Pasangan Serasi
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News