Beda dengan Pulang Kampung, Yuk Pahami Hakikat Mudik!

Beda dengan Pulang Kampung, Yuk Pahami Hakikat Mudik! - GenPI.co
Ilustrasi mudik. Foto: Pixabay

Dahulu para perantau pulang ke kampung halaman untuk membersihkan makam para leluhurnya. Hal ini dilakukan untuk meminta keselamatan dalam mencari rezeki.

Barulah istilah mudik lebaran berkembang sekitar tahun 1970-an. Saat itu posisi Jakarta sebagai ibukota Indonesia tampil menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang mengalami perkembangan pesat.

Bagi penduduk yang berdomisili di desa, Jakarta menjadi salah satu kota tujuan impian untuk mengubah nasib. Lebih dari 80 persen para urbanis datang ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. 

Mereka yang sudah mendapatkan pekerjaan biasanya hanya mendapatkan libur panjang pada saat lebaran saja. Momentum inilah yang dimanfaatkan untuk kembali ke kampung halaman. Hal ini terus berlanjut dan semakin berakar ketika banyak urbanis yang mencoba peruntungannya di kota. 

Tidak hanya di Jakarta, tradisi perpindahan penduduk dari desa ke kota juga terjadi di kota-kota besar lainnya di Indonesia. Terlebih dengan diterapkan otonomi daerah pada tahun 2000, maka orang semakin banyak mencari peruntungan di kota.

Media juga memiliki andil besar dalam membentuk sebuah peradaban baru tradisi mudik ini. Melalui media, khasanah dari tradisi ini mulai terbentuk. Sehingga terdapat hal-hal yang membuat perantau tak boleh meninggalkan tradisi ini. 

Pertama mudik menjadi jalan untuk mencari berkah karena bisa bersilaturahmi dengan keluarga, kerabat dan tetangga. Kegiatan ini juga menjadi pengingat asal usul daerah bagi mereka yang merantau.

Di lain sisi, tradisi mudik menjadi ajang bagi perantau untuk menunjukkan eksistensi keberhasilannya. Selain itu, juga ajang berbagi kepada sanak saudara yang telah lama ditinggal untuk ikut merasakan keberhasilannya dalam merantau. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya