5 Provinsi Ini Diajak Garap Desa Wisata

5 Provinsi Ini Diajak Garap Desa Wisata - GenPI.co
Ketua Tim Percepatan Pembangunan Pariwisata Pedesaan dan Perkotaan Kementerian Pariwisata, Vitria Ariani menjadi pembicara di Rakor

Soal budaya, Ria berujar betapa beruntungnya Indonesia memiliki budaya yang beragam di tiap desa. Budaya yang tiada dua dan masih terjaga baik, serta jadi nilai jual untuk wisatawan.

Contohnya? Ada banyak. Dari mulai daratan Jawa hingga Bali, semua ada. Di Sukoharjo, ada Desa Wirun yang sudah dijadikan pilot project oleh Kemenpar. “Di sana wisatawan bisa mendengar bunyi-bunyi gamelan karena masyarakatnya yang sudah dari dulu membuat gamelan. Saat membuat gamelan, mereka akan mencoba gamelan dengan membunyikannya. Wisatawan bisa mendengar suara-suara gamelan yang indah. Bayangkan, di suatu desa yang tenang yang rindang dan dihiasi suara gamelan," papar wanita yang akrab disapa Ria itu.

Di Bali, ada Desa Blimbingsari. Itu adalah desa yang masyarakatnya menganut Protestan. Di zaman dulu, masyarakatnya selalu dikucilkan oleh orang-orang Bali. Sekarang, justru dirangkul dan hidup damai dengan panganut agama Hindu di Bali. “Itu ada sejarahnya dan sekarang jadi cerminan desa toleransi antar umat beragama. Sejarahnya sangat menarik," tambahnya.

Belum lagi pesona Desa Penglipuran, Banjar Penglipuran, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali. Desa Wisata yang satu ini memang unik. Keren. Bersih. Artistik. Di 2016 silam, Desa ini masuk ke dalam kelompok desa-desa terbaik dunia. Namanya sejajar dengan Desa Giethoorn di Belanda serta Mawlynnong di India.

Dari mulai kebersihan hingga keharmonisan masyarakatnya, Penglipuran dianggap sangat fantastis. Budaya dan hubungan kekerabatan, kekeluargaan, antar-anggota masyarakat di desa itu fantastis, khas Indonesia yang hidup rukun, damai, saling hormat dan penuh toleransi.

“Indonesia punya 75 ribu desa. Dari jumlah tersebut kita menargetkan untuk mengembangkan sekitar 2000 desa untuk menjadi desa wisata mandiri. Income yang didapat bisa ratusan juta per bulan. Jadi kalau mau sejahtera, ayo kita garap desa wisata," ajak Ria.

Menpar Arief Yahya pun seirama. Dia bahkan tak segan memberikan tips-tips untuk mengembangkan desa wisata. “Untuk mengembangkan wisata pedesaan di desa-desa wisata diperlukan konsep low-cost tourism (LCT). Melalui konsep LCT ini kita ingin menjadikan pariwisata sebagai sebuah basic needs. Dengan begitu, harganya harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Caranya, kita harus menciptakan attraction, access, dan accomodation (3A) yang terjangkau dengan memanfaatkan kelebihan kapasitas (excess capacity) yang ada,” ucapnya.

Sementara, untuk mewujudkan accomodation yang murah dan mudah, terobosannya bisa disiapkan dengan membangun homestay (rumah wisata) sebanyak mungkin di desa-desa wisata seluruh pelosok Tanah Air. “Murah karena harga penyewaan homestay sangat terjangkau karena dikelola secara mandiri oleh masyarakat. Dengan inisiatif ini, kita berambisi untuk memposisikan Indonesia sebagai negara yang memiliki homestay terbanyak di dunia,” ucapnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya