
Sementara teman-temannya yang lain entah sudah berapa kali gonta-ganti pacar, Wati dan Budi tetap kukuh cintanya. Mereka terlihat menyayangi satu sama lain, saling mendukung juga belajar bersama.
Awalnya orang tua Wati tidak setuju putrinya itu berpacaran. Menurut mereka, Wati itu masih bocah. Belum waktunya pacar-pacaran. Sekolah saja dulu.
Pak Anwar, ayah Wati, kesal bukan main ketika tahu putrinya tidak mengindahkan perintahnya dan tetap menjalin romansa dengan Budi. Namun rasa marah itu luluh ketika melihat perangai Wati yang lebih lembut setelah berhubungan dengan Budi. Ia jadi lebih rajin di rumah. Juga, sikap judes Wati pada adik-adiknya seketika hilang.
Yang bikin Pak Anwar senang, Wati makin meningkat prestasinya di sekolah. Sebelum pacaran dengan Budi, anaknya itu hanya biasa-biasa saja. Pintar tidak, bodoh juga tidak.
BACA JUGA: Dan Pendar Keemasan itu Menyapu Pekat Malam
Namun hal itu berubah drastis usai pacaran dengan Budi. Wati lebih rajin belajar, nilai-nilainya meningkat, bahkan masuk sepuluh besar di kelas.
Jadi ia biarkan saja putrinya itu terus menjalin cinta dengan si Budi. Toh Budi juga cukup tampan, cocok dengan putrinya yang memang berwajah ayu.
Pak Anwar baru tahu kalau si Budi ternyata anak pintar. Ia senang kecerdasan anak lelaki itu menular ke putrinya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News