
Kegembiraannya makin bertambah ketika tahu latar belakang keluarga Budi. Ternyata ia adalah putra Pak Broto, seorang pengusaha otomotif yang memiliki dealer mobil di kota mereka.
Pak Anwar pun membuka lebar-lebar pintu rumah bagi Budi. Terlebih saban berkunjung dengan alasan belajar bersama, Budi selalu membawa buah tangan yang cukup banyak.
“Wat, tumben Budi nggak kemari,” ucap Pak Anwar jika Budi tidak melihat Budi duduk di ruang tamu mereka lebih dari dua hari. Ia was-was, anaknya itu putus cinta.
“Iya, Yah. Dia lagi sibuk. Tadi di sekolah dia bilang mau datang besok,” jawab Wai yang disambut senyum semringah Pak Anwar.
Wah, bawa oleh-oleh apa lagi anak itu besok, batin pak Anwar sambil membetulkan sarungnya yang kedodoran. Yang tak bakal disangkanya, hubungan putrinya dengan si Budi ambyar dua hari kemudian.
---0---
Budi mempercepat larinya begitu sadar Wati tinggal beberapa langkah di belakangnya. Ia kadung kesal sama perempuan itu. Kemarahannya begitu rupa sehingga tidak tersisa lagi ruang di hatinya untuk kata maaf. Dalam kepalanya cuma satu hal, secepatnya pergi dan menyingkirkan Wati dari hidupnya…. selamanya.
Padahal beberapa menit lalu mereka baik-baik saja. Seperti biasa, Budi datang berkunjung ke rumah Wati. Di tangannya ada beberapa kantong buah-buahan segar. ia juga membawa setumpuk buku pelajaran. Tujuannya memang ingin belajar bersama dengan kekasih hatinya itu, mempersiapkan diri untuk mengikuti tes di universitas yang jadi incaran keduanya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News