Dear Diary

Tubuhmu Tak Sehangat yang Kukira, Tapi Harus Kuterima Semua ini

Tubuhmu Tak Sehangat yang Kukira, Tapi Harus Kuterima Semua ini - GenPI.co
Ilustrasi. (Foto: Elements Envato)

Tak lama, sebuah mobil hitam meluncur dan berhenti tepat di depan kita berdua sedang duduk. Engkau berdiri, lalu membukakan pintu belakang mobil  untukku yang berdiri dengan kikuk dan menyelinap masuk ke dalamnya. Sementara motor dan daganganku, kutinggalkan begitu saja di situ.

Selanjutnya aku tak mengingat dengan jelas lagi. Aku merasa seperti berada di bawah pengaruh zat adiktif yang kuat dan merasakan halusinasi yang tidak bisa dijelaskan.

Sebuah potongan ingat memperlihatkan dirimu yang tanpa sehelai benangpun tengah merayapi tubuhku. Aku merasa seperti sedang ditindih sebongkah es, dingin sekali. Setelah itu, gelap gulita.

Pada penglihatan yang lain, aku seperti digiring ke sebuah ruangan luas dengan penerangan yang minim. Ruangan itu diisi oleh banyak orang berjubah gelap. masing-masing mereka menggumamkan kata-kata yang tak kumengerti.

Ingatan terakhirku di tempat itu adalah dibaringkan pada sebuah meja pualam. Lalu orang-orang itu mengerumuniku dan segera saja aku merasakan kesakitan yang luar biasa pada sekujur tubuhku hingga kesadaranku hilang karenanya.

Gelap gulita melingkupiku. Rasanya sungguh sepi dan lama sekali. Begitu pekat. 

Ingatanku kembali setelah tubuhku diguncang-guncang dengan lembut. Lalu aku menemukan diriku tengah terbaring di sebuah dipan luas dengan seprei satin yang lembut.

“Sayang, bangun,” terdengar suara yang akrab di telingaku. Suaramu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya