Festival Penyengat 2019 Merestorasi Kuliner Kerajaan Riau

Festival Penyengat 2019 Merestorasi Kuliner Kerajaan Riau - GenPI.co

TANJUNGPINANG – Kekayaan kuliner warisan Kerajaan Riau ditampilkan didalam Festival Penyengat 2019. Formatnya melalui bentuk lomba dan jumlah peserta maksimal. Kehadiran kuliner tradisional ini semakin menegaskan kekayaan budaya Melayu di Pulau Penyengat. Kuliner ini menjadi value besar bagi pengembangan pariwisata di crossborder.

Bukan status kalah atau menang yang dilihat dalam Lomba Kuliner di Festival Penyengat 2019. Namun, lomba ini menjadi representasi upaya pelestarian warisan leluhur. Lomba Kuliner ini digelar Sabtu (16/2) dengan lokasi di Balai Adat, Pulau Penyengat, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Juri Lomba Kuliner Festival Penyengat 2019 Fredy mengatakan, kuliner yang dilombakan warisan Kerajaan Riau.

“Lomba Kuliner ini menampilkan beragam kue-kue khas Pulau Peyengat. Dan, kue-kue tersebut adalah warisan dari Kerajaan Riau. Melalui Festival Penyengat ini, kami kenalkan salah satu kekayaan budaya Melayu dari Pulau Penyengat dalam rupa makanan,” ungkap Fredy, Minggu (17/2).

Merestorasi warisan Kerajaan Melayu dalam berbagai bentuk, peserta Loma Kuliner pun optimal. Lomba Kuliner ini diikuti 18 kelurahan dari 4 kecamatan di Tanjungpinang. Slot peserta yang terpenuhi 82% dari total jumlah kelurahan. Peserta lomba menampilkan beragam bentuk susunan kue, seperti tanjak, Masjid, dan perahu. Fredy menambahkan, kreativitas diperlihatkan masyarakat Tanjungpinang.

“Para peserta menyajikan beragam kuliner khas. Jenisnya cukup banyak. Makanan ini memang familiar dengan masyarakat Melayu di Pulau Penyengat. Kami berharap publik bisa ikut mencicipinya dengan datang ke Pulau Penyengat. Rasanya nikmat,” lanjut Fredy lagi.

Disajikan unik, peserta berusaha memenuhi kriteria perlombaan. Lomba Kuliner ini memberi porsi nilai untuk rasa, kreativitas, kebersihan, dan kekompakan tim. Diikuti secara massal oleh 18 kelurahan, para peserta menampilkan Tepung Goma, Kole-Kole, Kue Talam Belao, Kue Jongkong, Wajik, dan banyak lagi variannya.

“Upaya terus melestarikan kekayaan kuliner Kerajaan Riau oleh masyarakat Pulau Penyengat ini harus diapresiasi. Sebab, ini adalah warisan terbaik. Kebesaran Kerajaan Riau juga bisa dilihat dari jenis kuliner yang diciptakannya,” terang Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani.

Kuliner yang digunakan sebagai materi lomba memiliki histori kuat. Tepung Gomak misalnya, kuliner tersebut disajikan dalam agenda kenduri. Tepung Gomak terbuat dari bahan baku tepung ketan, kacang hijau, juga kelapa parut. Bahan lainnya adalah gula merah, gula pasir, juga garam. Cara membuatnya, kali pertama membuat kulitnya.

Kulit Tepung Gomak dibuat dari adonan tepung ketan yang ‘diuli’ dengan air dan garam. Kacang hijau disangrai, dibuang kulitnya, dan ditumbuk halus. Untuk isiannya, berupa kelapa parut dimasak bersama gula merah dan gula pasir hingga kental. Kulit ini lalu dibentuk bulatan dan diisi racikan gula merah itu. Berikutnya, rebus Tepung Gomak dalam air panas. Terakhir, masukan dalam tumbukan kacang hijau.

“Festival Penyengat ini memang luar biasa. Melalui Lomba Kuliner, mereka mau berbagi resep. Publik bisa mencoba membuat Tepung Gomak ini di rumah masing-masing. Dengan begitu, kuliner Tepung Gomak ini akan semakin lestari dan merakyat,” jelas Rizki lagi.

Selain Tepun Gomak, Festival Penyengat juga berbagi pengetahuan Kole-Kole. Kole-Kole ini terbuat dari bahan baku kacang hijau, tepung beras, santan kelapa, dan gula merah. Cara membuatnya mudah, yaitu diawali menyangrai kacang hijau lalu diberihkan kulitnya. Kacang hijau ini lalu ditumbuk jadi tepung. Berikutnya, dicampur tepung beras dan diaduk dengan air dingin. Lalu, didiamkan beberapa saat.

Siapkan campuran gula merah dan air yang dimasak sampai mendidih. Cairan ini lalu disaring, baru dicampurkan santan dan dimasak sampai keluar minyaknya. Bila santan pecah minyak, lalu angkat dan dicampur tepung kacang hijau dan beras. Campuran adonan ini lalu dimasak sampai mengental dan masukan dalam cetakan atau loyang. Selagi panas, olesi dengan endapan minyak kelapa.

“Pulau Penyengat memiliki banyak warisan berharga dari Kerajaan Riau. Selain sastra, ada juga kuliner dengan cita rasa terbaik. Untuk menikmati secara utuh, silahkan datang ke Pulau Penyengat. Sebab, di sana juga banyak dijumpai sisa-sisa peninggalan Kerajaan Riau. Beberapa masih utuh,” papar Asdep Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Dessy Ruhati.

Sebagai tambahan, endapan minyak kelapa untuk Kole-Kole sangat mudah dibuat. Caranya, panaskan santan sampai pecah minyak. Begitu minyaknya keluar, lalu dipisahkan dengan endapannya. Endapan minyak kelapa inilah yang dioleskan di atas Kole-Kole baru dipotong-potong. Namun, Kole-Kole juga bisa disajikan tanpa endapan minyak kelapa ini.

“Festival dan Pulau Penyengat menjadi paket destinasi wisata terbaik untuk perbatasan. Semua tersaji dengan sangat lengkap. Selain alam dan budayanya, destinasi ini terkenal dengan kulinernya. Kawasan ini memang memiliki sisi histori yang sangat kuat,” ujar Kabid Pengembangan Pemasaran Area II Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Trindiana M Tikupasang.

Dikembangkan masyarakat, kuliner khas Kerajaan Riau ini otomatis memiliki nilai ekonomi. Masyarakat mendapatkan inkam dari aktivitas transaksi kuliner khas tersebut. “Festival dan Pulau Penyengat banyak memberi kemakmuran bagi masyarakatnya. Ada arus ekonomi melalui transaksi aktivitas pariwisata di sana. Potensinya besar, apalagi kawasan ini juga dekat dengan Malaysia dan Singapura,” tutup Menteri Pariwisata Arief Yahya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya