Ujung Tombak Pariwisata Itu Bernama Lusi

Ujung Tombak Pariwisata Itu Bernama Lusi - GenPI.co
Lusi, fotografer wisata Kawasan Bukit Kasih.

Hari mulai senja. Matahari tak seterik siang hari. Hiruk pikuk ratusan turis bercampur masyarakat lokal tak menghilangkan daya tarik kawasan wisata Bukit Kasih Kanonang. Sebab semakin sore, rombongan turis kian banyak ke kawasan yang berjarak tempuh 1,5 jam dari Manado ini.

Adalah Ibu Lusi (36), warga Desa Kanonang yang tinggal dekat kawasan wisata Bukit Kasih Kawangkoan. Perempuan berambut panjang ini sebelumnya adalah rumah tangga yang kesehariannya mengurus suami beserta dua anak. Lusi mengaku tak pernah menyangka dalam hidupnya akan bekerja sebagai juru foto wisata di Bukit Kasih. Padahal dia hanyalah seorang Ibu rumah tangga yang tak mengenal alat atau teknik fotografi.

"Sebelumnya bekerja di Bukit Kasih masih belum menarik bagi saya. Karena saat itu pendapatan di sana (Bukit Kasih) masih kurang menarik," ujarnya.

Tapi sejak 2016 lalu, pariwisata Sulut booming di era Gubernur Olly Dondokambey (OD) dan Wagub Steven Kandouw (SK). Turis asing khususnya Cina kerap memadati kawasan wisata Bukit kasih. Lusi mengaku kalau dia dan banyak ibu rumah tangga, saudara dan kawan sekampungnya langsung banting setir ikut bekerja di kawasan wisata ini.

Dirinya pun secara kilat belajar menggunakan kamera DLSR. Tak itu saja,  Lusi juga membumbui atktivitasnya dengan atraksi agar turis tertarik foto bersama. Salah satunya adalah dengan ikut  memelihara Burung  Manguni, sebutan orang Minahasa untuk burung hantu.

Motif ekonomi adalah alasan utama menjadi pekerja di lokasi wisata Bukit Kasih.  Begitu perempuan berkulit sawo matang ini spontan berujar. "Sejak tahun 2016 lalu, ratusan turis cina berwisata ke sini. Pendapatan kami pun naik. Karena para turis suka habiskan uang untuk belanja. Dorang royal skali (mereka suka hamburkan uang)," kata Lusi.

Berapa pendapatannya? Lusi dengan polosmengaku. Kalau kunjungan turis ramai, dia dan kawan-kawan bisa memperoleh pendapatan rata-rata Rp 500 ribu / hari. Kalau lagi apes, sekitar Rp 100 sampai 200 ribu per orang.

Tapi apapun itu, Lusi mengakui iklim pariwisata Sulut maju pesat 2 tahun terakhir. Itu juga dirasakan banyak warga di Kanonang. Dan Lusi sadar, dirinya bersama saudara dan sahabatnya yang bekerja di Bukit Kasih adalah ujung tombak pariwisata Sulut. Dia pun ikut meng-upgrade diri dalam hal hospitality saat menawarkan jasa ke tamu. Dengan begitu kepercayaan tamu semakin tinggi terhadap mereka.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya