Pernikahanku Tinggal Sehari, Tapi Calon Istriku Pergi Selamanya

Pernikahanku Tinggal Sehari, Tapi Calon Istriku Pergi Selamanya - GenPI.co
Ilustrasi: Freepik

Bola mata gadismu berkaca-kaca. Satu tarikan napas panjang. Tanpa ditanya dua kali dia mengangguk. “Aku bersedia menikah denganmu,” gadismu menjawab mantap.

Sedetik kemudian taman bunga ini menjadi riuh, kau berteriak, bahagia sekali. Puluhan balon terbang, warna-warni menghiasi birunya langit, seperti apa yang telah direncanakan.

Hitungan minggu setelah kejadian indah di taman bunga, kau memutuskan untuk datang ke butik, memilih baju pengantin. Siang itu matahari gagah berani menampakan dirinya, membuat orang berkata ketus padanya.

BACA JUGA:  Keluar 4 Kali dengan Janda Muda, Aku Kewalahan

Kau tidak peduli meski sinar matahari menyengat kulitmu, karena ada seorang perempuan yang menyejukanmu dengan senyumannya. Kau memilih untuk mengendarai motor, memaksanya berlari sangat kencang.

Gadismu mendekap erat, erat, semakin erat. Naasnya, kau harus membayar mahal atas keputusanmu itu. Tak lama kemudian semua kebahagiaanmu sirna.

BACA JUGA:  Janda Muda Itu Berhasil Buat Mataku Merem Melek, Duh, Nikmatnya

Cukup satu detik saja senyuman bisa berubah menjadi tangisan. Cukup satu detik saja kebahagiaan bisa berubah menjadi penderitaan. Satu detik yang berlalu berubah menjadi kenangan, kenangan yang bisa membuat simpul senyum di bibir atau mengalirkan anak sungai di pipi.

Kau selalu membiarkan rasa sepi itu menemani. Tidak peduli ratusan hari telah terlewati, kau selalu saja memilih untuk menyendiri. Menenggelamkan diri pada gelapnya malam.

Maaf, maafkan gadismu ini. Aku tidak bisa menepati janji untuk selalu bersamamu. Tak perlu kau mengutuk diri terhadap apa yang telah terjadi. Kecelakan itu adalah takdir.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya