"Wah, gede banget, mas. Ini dari ladang di kampung?," tanyaku.
"Iya, kamu coba saja. Rasanya legit, deh," sahutnya.
Benar saja apa yang dikatakan Mas Fahmi. Pisang miliknya itu ternyata sangat manis, nggak kalah dengan yang di import itu.
BACA JUGA: Udara Dingin Menyelinap di Sela Jendela, Mertua Sampai Betah
"Makasih banyak, ya, Mas Fahmi sudah mau direpotkan," kataku.
"Tidak apa-apa, Ran. Sekalian pulang kampung, kok," jelasnya.
BACA JUGA: Punggungku Memerah karena Ulah Mertua, Suami Marah-marah
Tidak berlama-lama karena indekosku tidak boleh memasukkan pria, Mas Fahmi bergegas pulang.
Di depan pintu aku kembali mengucapkan terima kasih kepada Mas Fahmi.
Aku jadi tidak enak karena masih semester awal jarang pulang ke kampung halaman. Bahkan, Mas Fahmi yang selalu direpotkan keluargaku. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News