Cintaku Diembat Janda Desa

Cintaku Diembat Janda Desa - GenPI.co
Ilustrasi wanita cantik. Foto: Pixabay

“Kamu ke sini bawa basah-basahan ngapain, ih? Sini buru masuk gubuk biar kamu nggak makin basah,” kataku.

Dia pun masuk ke gubuk dan seketika membuat bagian dalam gubuk menjadi basah.

“Aku ke sini mau jemput kamu. Soalnya kata Nini, kamu kejebak di tengah sawah barengan sama keong sawah,” jawabnya. Aku sontak tertawa mendengar ceritanya.

“Ih, aku tuh takut cacing kalau pulang. Jadi, aku di sini dulu aja sampe nanti ujannya reda,” jawabku.

“Sama aja, Din. Cacing juga pada main keluar rumah kalau hujannya sudah reda. Kamu kira cacing keluarnya pas lagi hujan saja?” kata Feri sambil terkekeh.

Kami pun menunggu hujan reda sambil bercerita tentang apa saja yang terjadi selama kami tak bertemu. Mulai dari aktivitas kami berdua di kampus masing-masing hingga film, buku, dan tren di media sosial terbaru.

Berbincang dengan Feri selama satu jam membuatku menyadari betapa kagum aku pada dirinya. Feri merupakan sosok yang perian dan humoris, tapi dewasa di saat yang bersamaan.

Dari sekian laki-laki yang mendekatiku, tak pernah aku melihat apa yang ada di dalam diri Feri. 
Seketika, aku tersadar. Mungkin saja, selama ini aku mencari sosok seperti Feri yang bisa mengisi hari-hariku.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya