
Di Tiongkok sudah lebih 20 kota yang punya jaringan kereta bawah tanah.
Itulah masa depan KAI. Perusahaan ini akan menjadi raksasa bisnis di tingkat dunia.
Sekarang saja, dengan penambahan sekaligus dua bisnis baru membengkaknya ukuran bisnis KAI.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Amerika: Pilih Tengah
Memang dua bisnis baru tersebut masih belum datang dari KAI sendiri. Bukan sebagai ekspansi bisnis. Dua-duanya masih penugasan dari pemerintah.
Mungkin KAI sendiri, secara perusahaan justru bisa saja merasa terbebani. Apalagi kalau semua biaya proyek harus ditanggung KAI. Itu belum dalam kemampuan KAI bisa menanggungnya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Faisal Seto
Kini begitu banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan KAI: bagaimana status biaya proyek itu dalam neraca KAI. Lalu, harus menentukan siapa pemilik relnya: pemerintah (seperti disebutkan dalam UU) atau milik KAI.
Kalau rel itu milik pemerintah, siapa yang harus merawat: pemilik atau pengguna. Bolehkah pengguna memelihara barang yang bukan miliknya: jangan sampai ada yang jadi tersangka karena melanggar prosedur.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Tanah Abang
Kalau yang memelihara harus yang punya barang, apakah ada anggaran yang cukup di APBN.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News