Catatan Dahlan Iskan: Demam Nikel

Catatan Dahlan Iskan: Demam Nikel - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Anda pun sudah bisa menduga. Heboh-heboh ekspor ore gelap ini tidakkah akan senasib dengan beberapa heboh yang lain.

Bagi pengusaha, kabar kritisnya bahan baku nikel ini ada baiknya. Agar ''demam nikel'' mulai reda. Saya lihat semangat mengejar nikel terjadi di mana-mana.

Sampai banyak yang tertipu. Saya ikut sedih ketika beberapa teman kehilangan uang sampai di atas Rp 500 miliar. Belum sepenuhnya hilang. Masih ada yang mengadu ke aparat hukum. Ada juga yang sudah sampai pengadilan. 

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal IKN Nusantara: Nama Hoki

Kini menjadi jelas: bahan baku nikel sangat terbatas. Pun bila disebut Indonesia adalah salah satu pemilik cadangan nikel terbesar di dunia.

Sebagai orang yang tumbuh di masa ''banjir kap'' saya bertanya dalam hati: apa yang akan terjadi di Sulawesi Tenggara 25 tahun lagi?

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Ujian Dini

''Banjir kap'' adalah istilah untuk ''demam tebang hutan'' di Kaltim. Tahun 1970-an. Semangat menebang kayu meranti, mirip dengan demam nikel seperti sekarang.

Kayu gelondongan diekspor begitu saja. Sungai Mahakam menjadi hitam. Demikian juga sungai Kahayan di utara. Tenaga kerja membanjir ke Kaltim. Gubuk-gubuk liar tumbuh menjadi kampung kumuh.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Creator Nasab

Kayu habis. Hutan gundul. Mata pencaharian hilang. Sekian puluh tahun kemudian muncul demam lain: batu bara. Juga dibabat habis-habisan. Pun sampai yang kualitas rendah. Untung minggu-minggu ini harga batu bara turun drastis. Tinggal USD 125/ton. Dari USD 400 tahun lalu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya