
GenPI.co - Psikiater RSUP Persahabatan dr. Tribowo T. Ginting, SpKJ(K) mengatakan bahwa baby blues syndrome yang berkepanjangan bisa menyebabkan depresi.
“Baby blues yang berkelanjutan bisa menjadi gejala depresi postpartum,” ujarnya, dilansir dari Antara, Rabu (14/12).
Bowo menjelaskan bahwa baby blues syndrome merupakan perasaan sedih yang dialami ibu masa awal setelah melahirkan.
BACA JUGA: Untuk Ibu Baru, Ini 3 Solusi Atasi Baby Blues Seusai Persalinan
Menurut Bowo, kondisi tersebut sebenarnya wajar terjadi karena setelah melahirkan ibu akan mengalami perubahan hormon.
Selain itu, kata dia, baby blues syndrome juga bisa terjadi karena masalah yang dialami sejak masa kehamilan, yang menyebabkan ibu merasa tertekan, sedih, atau tidak nyaman.
BACA JUGA: Untuk Calon Ibu, Ketahui 3 Fakta Soal Baby Blues Seusai Melahirkan
Dia mengatakan, baby blues syndrome biasanya berlangsung singkat yaitu sekitar satu minggu. Jika melebihi dua minggu, ada kecurigaan bahwa kondisinya telah berkembang menjadi depresi.
"Biasanya dalam waktu seminggu kurang itu baby blues sudah hilang. Gejala-gejalanya bisa saja seperti sedih, tapi tidak berlangsung lama, tidak memenuhi kriteria depresi. Jika melebihi waktu dua minggu, maka memenuhi kriteria depresi," ujar Bowo.
BACA JUGA: Sempat Alami Baby Blues, Siti Badriah Stres Sampai Teriak di RS
Pada kasus yang lebih berat, Bowo mengatakan baby blues syndrome juga dapat berkembang menjadi psikosis postpartum seperti munculnya halusinasi atau marah-marah yang berkelanjutan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News