Dear Diary

Aku, Rian, Hujan, dan Kejadian Menyakitkan

Aku, Rian, Hujan, dan Kejadian Menyakitkan - GenPI.co
Ilustrasi wanita sakit hati. Foto: Diego_cervo/Elementsenvato

“Apa iya aku sedang bermain api? Menyulut api, bahkan punya korek saja tidak. Bagaimana aku bisa bermain api? Apalagi di saat hujan seperti sore ini,” aku berujar lirih.

Alea rupanya mendengar ucapan yang meluncur dari bibirku. Aku masih menunduk.

“Melewati jalan menuju rumah yang berpenghuni itu sudah tercipta sebuah tujuan. Meski jalan itu banyak, meski penghuni rumah itu sedang tidak ada di tempat, dan meski penghuni rumah itu yang mengajakmu masuk,” Alea nyerocos dengan kalimat-kalimat ajaibnya.

Tak kuhiraukan ucapannya. Aku hanya diam. Membisu. Kurasa suaraku masih kalah dengan guyuran hujan. Namun, aku tak sadar suaraku bisa didengar oleh Alea.

“Kamu sedang melewati episode ketiga, episode perluasan cabang,” Alea kembali menyodorkan kalimat yang asing. Entah apa maksudnya.

Dua hari berselang. Aku duduk di tempat berbeda. Di rumah Rian. Kami menikmati hujan.

“Pakailah jaketku. Minumlah. Sepuluh menit lagi mi rebusnya siap,” Rian memakaikan jaket ke tubuhku.

Mata kami beradu. Tatapannya tenang. Ada kesabaran terpancar di wajahnya. Kupandangi lekat-lekat semua tentang Rian. Tuhan, perasaan ini tidak beraturan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya