
Paranjoy adalah pemimpin redaksi di mingguan itu. Di rapat itu diputuskan: artikel tersebut dicabut. Paranjoy menolak.
Tapi pimpinan perusahaan lebih berkuasa. Paranjoy belum boleh keluar ruang rapat kalau belum mau mencabut tulisannya.
Akhirnya Paranjoy setuju tulisan tersebut dicabut. Lalu ia minta selembar kertas. Ia menulis pengunduran dirinya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal F1 Power Boat: F1 H20
Paranjoy belum kalah. Tulisan yang sudah dicabut itu pun ia kirim ke penerbit online: The Wire. Grup Adani pun menggugat penerbit The Wire dan Paranjoy. Bahkan mengadukan Paranjoy secara pidana.
Grup Adani tidak hanya menggugat di satu pengadilan. Konglomerat itu menggunakan lima pengadilan. Tiga di Gujarat (di tiga kota yang berbeda), satu di New Delhi dan satu di Mumbay.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Pilot Susi Air: Ayat Sandera
Proses perkara ini panjang. Sampai datangnya Covid-19 belum semua selesai. Paranjoy punya alasan pandemi untuk tidak memenuhi panggilan pengadilan.
Akhirnya Paranjoy diancam akan ditahan. Tanpa bisa menggunakan uang jaminan. Salah satu perkara yang sudah selesai adalah: keinginan Adani agar tulisan itu dicabut.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Vonis Richard Eliezer: Eliezer Kapok
Pengadilan memutuskan: tidak harus dicabut. Tapi beberapa kalimat harus diperbaiki. Dalam perjalanannya yang panjang dan melelahkan Adani akhirnya mencabut semua gugatannya: kecuali untuk Paranjoy.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News