
Saya mencoba ke Raudhah tanpa izin. Saya masuk ke halaman masjid lewat gerbang No 330. Lalu menyeberangi halaman menuju pintu masjid dekat 330. Pintu masjid begitu banyak.
Setelah di dalam masjid saya menyusuri lantai yang luas. Dengan pilar-pilar yang banyak. Saya terus melangkah menuju ke arah Raudhah. Begitulah dulu. Selalu. Mau ke Raudhah bisa lewat pintu masjid yang mana saja.
Ternyata langkah saya akhirnya terhalang oleh pagar penyekat. Setinggi hampir 2 meter. Saya tidak bisa ke mana-mana. Depan penyekat. Kanan sana penyekat. Kiri sana penyekat.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Pemilik Indosurya: Henry 0086
Saya salat di situ. Lalu keluar masjid. Menyusuri halaman lagi mencari pintu masjid yang lain. Banyak pintu ditutup.
Saya terus menyusuri halaman masjid. Mencari pintu yang dibuka. Dari pintu dekat gerbang 330 ke arah gerbang nomor yang lebih kecil.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Kota Neom: Super Hemat
Belok kanan. Ke arah nomor 200-an. Masih ditutup. Sudah 2.000 langkah masih belum bertemu pintu yang dibuka.
Saya belok kanan lagi, ke arah nomor 100-an. Ratusan langkah lagi. Tuh, ada pintu dibuka. Saya masuk masjid lagi. Melangkah ke arah Raudhah lagi.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Neom Uceng
Dari sisi yang lain. Telapak terasa nyaman. Di halaman tadi saya menapak di atas marmer. Di dalam masjid ini saya menapak di atas karpet yang empuk.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News