
Salah satu penyebab konflik adalah penanganan terhadap demo besar di ibu kota. Yakni demo di depan markas besar tentara nasional pimpinan Jenderal Burhan. Itu adalah demo damai menuntut percepatan demokratisasi.
Karena demo berlarut-larut, Jenderal Hamdan mengerahkan pasukan sendiri. Demo ditumpas. Malam-malam. Ratusan orang meninggal. Ada pula isu pemerkosaan.
Pasukan Hamdan memang terlatih memadamkan pemberontakan. Ketika kerusuhan sering terjadi di Sudan Selatan, Jenderal Besar Omar menunjuk Hamdan untuk menghadapi mereka.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Dokter Ahli Kanker: Lebaran Mik
Bukan panglima tentara nasional, Jenderal Burhan. Wilayah selatan sendiri akhirnya merdeka di tahun 2011 lalu. Menjadi negara bernama Sudan Selatan.
Kebetulan mayoritas di selatan adalah Kristen. Sedang di Sudan utara Islam. Setelah Sudan Selatan merdeka, pasukan Jenderal Hamdan tidak banyak tugas lagi.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Bupati Trenggalek: Lebaran Ipin
Tapi mereka tidak bisa dibubarkan begitu saja. Harus diintegrasikan ke tentara nasional. Di situlah sulitnya. Konflik pun meledak secara terbuka: tentara nasional melawan tentara yang akan diintegrasikan.
Masing-masing dipimpin jenderal. Dengan kekuatan sama besar. Pun dengan persenjataan sama-sama lengkap.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Lebaran Prabowo
Jenderal Besar Omar selama itu ternyata memelihara dua macan. Ia punya cara menunggangi mereka. Hingga bisa jadi berkuasa sangat lama. Tapi setelah macan itu sendiri yang memimpin negara keduanya saling cakar.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News