Militer Myanmar di Ujung Tanduk, Ancaman Maut Ini Mengerikan

Militer Myanmar di Ujung Tanduk, Ancaman Maut Ini Mengerikan - GenPI.co
Warga Myanmar menggelar aksi unjuk rasa pasca kudeta militer Myanmar. Foto: Reuters.

Hubungan pertahanan bilateral Australia dengan militer Myanmar terbatas pada area non-pertempuran seperti pelatihan bahasa Inggris yang terus berlanjut, bahkan setelah penumpasan brutal di negara bagian Rakhine pada tahun 2017 yang menyebabkan ratusan ribu sebagian besar Muslim Rohingya melarikan diri melintasi perbatasan ke Bangladesh.

"Australia akhirnya mengakhiri program pelatihan yang seharusnya tidak pernah dimulai sejak awal," jelas Anna Roberts selaku direktur eksekutif Kampanye Burma yang berbasis di London, dalam sebuah pernyataan.

Roberts menambahkan kini dua belas negara lagi masih terlibat dalam pelatihan dan kerja sama dengan militer Burma. Negara-negara yang memberikan pelatihan kepada militer Burma telah memihak militer, yang menembak pengunjuk rasa secara damai.

"Mereka tidak dapat mengklaim tidak mencampuri urusan dalam negeri Burma jika mereka membantu satu pihak. Militer yang membunuh warga sipil," tegasnya.

Sementara, serikat buruh utama Myanmar telah menyerukan pemogokan umum mulai hari ini, menyusul protes besar-besaran pada hari Minggu. Demonstrasi tersebut memicu tanggapan yang keras dengan polisi dan pasukan keamanan menggunakan gas air mata, senjata bius, dan peluru tajam untuk membubarkan massa, menurut video yang dibagikan oleh penduduk setempat.

BACA JUGA: Menggelegar, Titah Paus Fransiskus di Irak, Bikin Melongo

Tentara juga dikerahkan ke gedung-gedung umum di seluruh negeri, memicu konfrontasi, kantor berita Myanmar Now melaporkan.

Adapun, Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, yang melacak penangkapan, melaporkan ada 1.790 orang telah ditahan sejak kudeta pada 7 Maret. Dan, sebanyak 1.472 orang masih masih belum diketahui keberadaannya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya