Seruan Maut Warga Myanmar Ajak Indonesia Tantang Junta Militer

Seruan Maut Warga Myanmar Ajak Indonesia Tantang Junta Militer - GenPI.co
Para pengunjuk rasa termasuk dokter, insinyur hingga biksu turun ke jalan-jalan Myanmar. Foto; Reuters/Antara.

Sebagai seorang remaja, U Man mengambil bagian dalam pemberontakan 1988, sebelum militer menghancurkan semua perbedaan pendapat, menyebabkan ribuan orang tewas.

Pendeta, yang berusia 50-an, tidak percaya strategi militer telah berubah sejak saat itu.

Menurutnya, baik dulu dan sekarang, dia mengatakan militer memasukkan penyusup, ke kerumunan untuk memprovokasi Tatmadaw dan membuat konflik.

Dia telah menasihati putranya, yang juga bergabung dalam protes, dan lainnya, untuk tidak terlibat dengan pasukan keamanan dan untuk mengidentifikasi penyusup tersebut.

"Sebagai pendeta dari agama Kristen, saya tidak ingin merekomendasikan siapa pun yang menggunakan kekerasan," jelasnya.

U Man mengaku dia juga selalu berdoa bersama anak-anak dan pengunjuk rasa sebelum mereka turun ke jalan.

“Saya mengajar pengunjuk rasa dan jemaat saya tentang Alkitab dan orang-orang di dalamnya yang mengalami tantangan, pola pikir yang harus mereka atasi, dan bagaimana Tuhan dapat menyelamatkan mereka,” katanya.

Sedangkan, sehari setelah kudeta, pekerja medis dan pegawai negeri mendirikan CDM. Salah satunya, Thiha Tun, yang berusia 30-an ikut bergabung protes.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya