Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan organ penting lainnya.
Gejala aritmia dapat berbeda-beda untuk setiap orang tergantung dari jenis aritmia yang dialami.
“Biasanya, gejala awal yang muncul ialah jantung berdebar (palpitasi), nyeri dada, sesak nafas, mudah lelah, keringat dingin, dan rasa akan pingsan,” ungkapnya.
BACA JUGA: Cegah Penyakit Jantung dengan Olahraga Teratur, Ini Tipsnya
Menurut Rerdin, aritmia biasanya muncul saat olahraga, stress atau setelah terpapar kafein, nikotin dan obat-obatan tertentu.
Aritmia juga dipengaruhi oleh faktor risiko lain seperti memiliki penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes, hipo/hipertiroid, penyakit jantung bawaan, dan faktor genetik.
BACA JUGA: Kesadaran Masyarakat Soal Gagal Jantung Masih Rendah, Kata Dokter
“Selain itu, aritmia juga meningkatkan risiko seseorang mengalami stroke 4-5 kali lebih besar dibanding yang tidak mengalami,” tuturnya.
Untuk mendiagnosa aritmia, dokter akan mengevaluasi gejala dan riwayat medis pasien melalui pemeriksaan fisik dan penunjang, seperti Elektrokardiografi (EKG), Treadmill Test, Holter Monitor, dan Electrophysiology Study (EP Study).
BACA JUGA: Hati-hati! Ini Gejala Gagal Jantung Saat Masa Kehamilan
Rerdin memamaparkan EP Study merupakan golden standard untuk mendiagnosa aritmia.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News