
Penangkapan Awang sangat dramatis. Sepasukan polisi mengepung rumah ketua ormas Melayu, yang masih diakui sebagai kerabatnya. Bukannya menyerahkan Awang, si ketua ormas menyuruh pasukan polisi itu kembali.
“Hari ini juga, kami yang akan mengantar awang ke kantor polisi,” kata Panglima Wira.
Wira memimpin satu kelompok ormas yang sangat berpengaruh. Namanya Porpal. Singkatan Persatuan Orang Lokal.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan dan Hasan Aspahani: Edo Torpedo, Siapa Membunuh Putri (14)
Sejak penyerahan Awang, dan diberitakan Awang ditetapkan jadi tersangka, mereka selalu kirim rilis dan “memaksa” kami memuatnya.
Sehari setelah penyerahan Awang, pengurus Porpal dan puluhan anggotanya - yang berjaga di rumah sang Panglima ketika Awang hendak ditangkap - datang ke kantor.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Ratu Wushu
Saya tak terbiasa berurusan dengan orang seramai itu. Apalagi dengan seragam hitam yang makin bikin gentar. Gugup juga rasanya ketika saya menemui mereka.
Nyatanya mereka santun, meski bicara dengan penuh tekanan dan volume satu setengah kali lebih tinggi dari saya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Eko Kuntadhi dan Ning Imaz: Ning Tenar
Sebagian saya kenal baik tokoh-tokoh orang lokal itu. Orang lokal ini kategorinya lebar sekali, selain siapa saja yang lahir besar di Borgam, suku apa saja yang merasa sudah jadi orang Borgam, atau sudah belasan tahun tinggal di bisa masuk jadi anggota.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News