
Kalau mau diusut, gaya hidup mewah oknum perwira-perwira polisi itu dari situ sumber uangnya. Tentang judi ini saya dapat pandangan menarik dari Bang Risman “Ameng” Patron.
Dia bilang, bagi mereka suku Tionghoa, judi itu budaya yang tak bisa ditinggalkan. Menunggu mayat sebelum dikremasi atau dimakamkan saja mereka main judi.
Dia setuju ketika ada usaha untuk membuka kasino, di kawasan khusus di Penangsa, atau di rangkaian pulau Golong, Rumpat, dan Borgam. Dia bahkan ikut terlibat di persiapan awalnya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan dan Hasan Aspahani: Teror di Radio, Siapa Membunuh Putri (16)
Ada jembatan panjang yang menghubungkan tiga pulau besar di kepulauan ini. Orang menyebutnya Jembatan Gortam, akronim dari tiga nama pulau yang terhubungkan, meski tiap-tiap jembatan itu punya nama pahlawan Melayu merujuk sejarah lokal.
Saya ingat penjelasannya. “Judi itu tak akan pernah bisa hilang. Persoalannya mau dilegalkan, atau terus dilarang tapi ya seperti sekarang, diam-diam dibiarkan dan dilindungi,” katanya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Listrik: Kompor 450
“Bang Ameng main?” tanyaku.
“Pastilah. Mana bisa tak main. Tapi saya main untuk pergaulan saja. Saya tak sampai candu. Kalau main kalah sampai 100 juta, saya stop. Segitu saja batasnya,” katanya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Situasi Amerika Serikat: Rasialis Fanatis
“100 juta, Pak?” kata saya kaget.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News