Hari sidang telah tiba. Aku merasa makin gugup menghadapi Pak Arief yang ganteng itu. Dalam ruangan berukuran tiga kali empat itu, aku hanya berdua dengan duda.
Pendar cahaya monitor menyapu wajahnya yang tegas, memberikan efek melodramatis yang tak bisa kujelaskan dengan kata-kata. Aku sungguh menikmati momen itu.