GenPI.co - Pelukan Jokowi ke Surya Paloh dikomentari beragam. Dari pengamat sampai netizen, semua bersuara.
Akademisi Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Mikheal Raja Muda Bataona juga sama. Dia ikut mengomentari pelukan penuh kehangatan tadi.
Bagi dia, itu merupakan bentuk ekspresi kesantunan seorang junior kepada tokoh yang lebih tua.
BACA JUGA: Di Depan Jokowi, Paloh: Nasdem Tidak Mendukung Anies Capres 2024
"Secara semiotik, bisa dibaca bahwa pelukan Jokowi kepada Surya Paloh adalah ekspresi kesantunan seorang junior kepada orang yang lebih tua," kata Mikhael Raja Muda Bataona kepada Antara di Kupang, Selasa (12/11).
Pesan yang tersampaikan ke publik dimaknai sangat bagus. Dari sudut pandang manapun, maknanya sangat menyejukkan.
BACA JUGA: Manuver Surya Paloh Ke Kanan dan Kiri, Kecewa Pak Jokowi?
"Lamun sira sekti ojo mateni-yaitu meskipun kamu sakti jangan suka menjatuhkan,” kata pengajar investigatif news dan jurnalisme konflik pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unwira itu.
Ucapannya masuk logika. Presiden Jokowi saat ini memegang kendali kekuasaan. Kuasanya sangat besar.
Di sisi lain, Jokowi tidak ingin memperlihatkan kuasa besarnya tadi dengan menjatuhkan orang lain. Filosofi Jawa tetap dipegang teguh. Mantan Wali Kota Solo itu tetap terlihat rendah hati. Tidak arogan. “Malah merangkul dan menghormati yang lebih tua,” katanya..
Komunikasi politik ala Surya Paloh yang kerap bermanuver ke kanan dan ke kiri ditanggapi Jokowi dengan cerdas.
"Dan Jokowi menggunakan momentum acara Partai NasDem untuk menjawabnya," tambahnya.
Bagi Bataona, pelukan mempunyai makna yang lebih kuat dan mendalam, ketimbang komunikasi verbal. “Jokowi sukses membungkam semua tudingan dan prasangka buruk tentang hubungannya dengan Surya Paloh juga hubungan PDIP dan NasDem,” tambah pengajar Ilmu Komunikasi Politik dan Teori Kritis pada Fakultas Ilmu Sosial Politik Unwira itu. (ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News