Ini Mantra Rahasia Pepadu Tahan Luka di Peresean Bau Nyale

06 Maret 2018 22:13

Priiiiiittt..bunyi peluit panjang nyaring terdengar, seketika dua orang pepadu saling serang dengan sebilah rotan dan berlindung tameng dari kulit. Aksi pukul itu bikin penonton saling jerit, ada yang jeritan miris, jeritan dukungan, atau jeritan adrenalin kaget karena adegan saling gebuk itu.

Itulah sedikit gambaran tentang tarung Peresean Gaess..!! yang ada di Festival Bau Nyale 2018, sore hari di tepian Pantai Kuta Mandalika Lombok, Senin (5/3), kemarin.

Kerasnya bunyi penjalin dan ende saling hantam Itu bukan tawuran ala genk motor yang marak saat ini lho, tapi justu cara unik menjalin persaudaran sesama keturunan Suku Sasak Lombok. Kok bisa? Saling pukul, serang, gebuk, kok malah jadi saudara? Begini kisahnya..simak serius yaak..

Jadi, awalnya budaya tarung Peresean itu sebagai media dalam ritual memanggil hujan saat musim kemarau atau susah turun hujan, ada asesoris berupa ende dan penjalin sebagai alat utama dalam berlaga. Nah, banyak yang masih bilang itu rotan, tapi sebenernya itu penjalin, asal kata serapan 'jalin' artinya menjalin persaudaraan dan kasih sayang.

"Filosofinya, saat pepadu ada yang bocor (berdarah) kepalanya, maka penonton akan berteriak bersama 'hujan', diartikan sebagai doa bersama kepada Allah SWT, meminta hujan turun," jelas H. Inggah Riyadi SPd, pemilik Padepokan Pepadu Kebon Sorga Lombok, sekaligus juri dan wasit Peresean Festival Bau Nyale 2018.

Sejatinya pula, kata pria yang padepokannya terlibat film 'Sajadah dan Kabah' dengan Raja Dangdut Rhoma Irama ini, para pepadu itu sebenarnya tahan luka dari gebukan penjalin. Ekstrimnya jika luka pun akan sembuh sendiri saat di bawa pulang ke rumah. Jadi tenaga dokter atau medis sebenarnya formalitas dalam acara saja hehee..

Layaknya fenomena UFO, ini lah yang bikin orang atau penonton banyak muncul pertanyaan tapi tak terjawab, kenapa tak bisa luka? Rupanya ada rahasia para pepadu dalam melindungi diri dari cedera atau luka saat tarung Peresean. H. Inggah pun akhirnya buka suara, begini, simak seriuss lagi yak Gaess...

"Ada ritual khusus, satu malam sebelum pepadu bertarung akan merapal mantra perlindungan dan harus dalam keadaan suci baik jiwa dan raga," ungkapnya.

Diceritakannya, persis jam 10 malam satu hari sebelum bertanding, pepadu dilarang bergaul (tidur) dengan istrinya. Harus tidur menyendiri sampai pas tengah malam, sampai susana sepi lalu bangun untuk mandi di sumur, saat itulah rapal mantra disematkan pada penjalin itu.

"Jadi mantra itu bisa langsung dari rumah atau saat akan bertanding dibacakan, artinya sebagai penolak bala supaya pepadu jangan luka," paparnya.

Saat bertarung, terutama pepadu paten meski saling gebuk ratusan kali mungkin bisa ribuan kali juga, akan tahan pukul dan tak terluka. Berarti mantra dan rotan itu sudah menyatu dengan roh, sesuai ijin Allah SWT.

Jika terluka pun, pepadu paten memiliki mantra jitu dalam penyembuhan. Yang sudah pepadu senior cukup pulang ke rumah maka akan sembuh sendiri.

"Atau diobati mantra dari percampuran daun sirih, buah pinang, kapur, lalu disatukan diucapkan matra dan dioleskan pada luka maka Insyaalah sembuh," katanya.

Warisan budaya ini sepertinya terlihat sederhana, namun peraturan dalam pertandingan tetap ada dan berlaku. Pakemnya, setiap laga akan berlangsung sebanyak empat ronde. Tiap ronde diberi waktu 1,5 menit. Meski terlihat dengan cepat saling hantam, pepadu sudah tahu bagian mana yang akan diincar untuk mendapatkan poin kemenangan, dan bagian mana yang tak boleh kena pukul penjalin.

Ada aksesoris kain melingkar pada pinggang pepadu, dinamakan bebet, berfungsi sebagai pembatas antara bagia perut kebawah dan perut bagian atas. "Jika dipukul dari bawah ke atas dan terkena jari bawah itu sah, tapi kalau pukul dari bawah ke atas kena kepala maka tak sah. Atau bocor kepala, maka pepadu didiskuaifikasi dan tak boleh maen," tukas H. Inggah.

Masyarakat Sasak saat ini masih memegang budaya tarung Peresean, tiap kampung memiliki pepadu-pepadu yang sudah terkoordinasi. Semakin dia pepadu senior maka sifat dan perilaku justru makin membumi.

"Dia akan dihormati di kampungnya, dan akan selalu menjaga sikap dan perilaku. Itulah nilai luhurnya," katanya.

Bagi kamu yang sudah ketinggalan serunya Peresean di Festival Pesona Bau Nyale 2018, tak usah khawatir. Hampir setiap tahun beberapa event Peresean pasti digelar di sentero tanah Lombok dan Sumbawa. Atraksi adrenalin ini juga ada di tiap perayaan 17 Agustusan, menyambut tamu negara, sampai ekhibisi yang digelar oleh lembaga atau kedinasan. Hadiahnya dari uang tunai, barang, sampai seekor sapi.

Para penontonnya pun aneka macam, para turis dan bule akan terlihat tak asing disana. Bagi mereka inilah atraksi budya asli tanah Sasak. Mereka semacam memiliki pengalaman (experinece) akan arti sebuah persaudaraan dan saling menghormati melalui cara yang unik dan berbeda.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Agus Purwanto
Pepadu   Peresean   Bau Nyale   Lombok   NTB  

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co