Cinta Bersemi di Kereta, Tanpa Kutahu Dia Miliknya 

22 Mei 2021 20:50

GenPI.co - Langit Surabaya yang cerah mendampingiku menuju Stasiun Pasar Turi. 

Tak terasa, sudah sebulan aku berada di rumah, ya, rumah yang sebenarnya. 

"Hati-hati di jalan, jangan lupa salat," ujar Bapak mengantar kepergianku. 

"Siap pak. Bapak dan Ibu sehat-sehat di rumah," jawabku. 

Saat Bapak memelukku, rasa rindu sudah mulai menyelimutiku. 

BACA JUGACintaku Kandas Gara-gara Kusentuh Barangnya

Padahal, kakiku belum juga meninggalkan kota tercinta, Surabaya. 

Ya, rindu memang bukan soal jarak, tapi soal seseorang yang ada di hati dan perasaan. 

Kakiku perlahan meninggalkan Bapak, Kereta Kertajaya sudah siap mengantarkan aku kembali ke Jakarta. 

Tempat di mana aku menjalani hidup sebagai seorang manusia yang berjuang untuk keluarga tercinta. 

"Gerbong delapan, kursi nomor 9 D," kataku dalam hati sembari mencari tempat dudukku. 

Setelah menemukan tempat duduk, aku langsung merapikan barang bawaanku. 

Beberapa saat kemudian, datang seorang perempuan dengan rambut sebahu. 

Matanya seperti kue nastar buatan ibu, menyenangkan dan selalu enak untuk dipandang. 

Baru kali ini aku merasakan hal yang berbeda saat melihat mata seseorang yang baru aku kenal. 

Rasanya, cintaku telah jatuh saat kali pertama aku melihat mata wanita itu. 

"Mas, boleh minta tolong angkatin koper saya di atas?" kata wanita itu padaku. 

"Sini, biar saya yang angkat," jawabku. 

"Terima kasih, mas," jawabnya. 

Wanita itu duduk tepat di sebelahku, di kursi nomor 9 C. 

Perasaan tak karuan menyerang saat wanita itu duduk tepat di sebelahku. 

Saat kereta baru berangkat, kami berdua belum banyak bicara. 

Sepertinya, aku memang merasakan cinta, cinta pada pandangan pertama. 

Namun, bagaimana semua ini bisa terjad? Kenapa begitu mudah cinta jatuh padanya? 

Ah, perihal perasaan memang suka-suka Tuhan. 

Singkat cerita, kereta sudah sampai di Semarang, Jawa Tengah. 

Di Semarang, wanita itu baru menyebutkan namanya. 

"Saya Lauren," ujarnya sambil menyodorkan tangannya. 

"Saya Havit," jawabku sambil tersenyum. 

Saat Lauren menyebutkan namanya, perasaanku makin tak karuan. 

Jantung berdegub terasa lebih cepat dan sesak, mungkin dipenuhi oleh perasaan cinta. 

Menyenangkan bisa duduk bersama seseorang yang bisa membuat perasaanku tak karuan. 

Setelah perkenalan tersebut, kami berdua makin banyak bicara. 

Makin malam, pembicaraan kami pun makin dalam. 

Bahkan, Lauren menceritakan alasannya kenapa ingin pergi ke Jakarta kepadaku. 

"Sudah setahun ini, suamiku nggak pulang. Aku ingin mencarinya ke sana," kata Lauren. 

Mendengar alasan Lauren tersebut tentu membuat perasaanku hancur seketika. 

Aku tahu, mungkin perasaanku ini terlalu cepat. 

Aku juga tak berhak untuk merasakan sakit hati atas alasan Lauren tersebut. 

Namun, aku hanya manusia biasa, yang akan sakit hatinya bila tak terbalas cintanya. 

Setelah tahu alasan Lauren ke Jakarta, aku pun langsung memendam perasaan cintaku padanya. 

BACA JUGASaat Ulang Tahun, Pacarku Ajak Main Kuda-Kudaan

Meskipun terlalu cepat untuk jatuh cinta, rasanya cinta sudah cukup dalam untuknya. 

Hingga pada akhirnya, kami berdua berpisah saat kereta tiba di Stasiun Pasar Senen, Jakarta. 

"Semoga lekas bertemu dengan suamimu," kataku. 

"Terima kasih. Jika kita beruntung, kita akan bertemu lagi," jawabnya. (*) 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Andi Ristanto

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co